About Me
- Unknown
Blog Archive
Diberdayakan oleh Blogger.
You can replace this text by going to "Layout" and then "Page Elements" section. Edit " About "
Translate
music
Waktu
Blog Archive
kalender
Jumat, 22 Mei 2015
Posisi Al-Qur’an dan Al-Hadist Dalam Filsafat Pendidikan Islam
Disusun Oleh : M. Surahmat (932122913)
A. Pendahuluan
Dewasa ini tentunya kita sudah tahu tantang apa itu Al-Qur’an dan Hadist. Namun tahukah anda bahwa masih banyak orang-orang bahkan mahasiswa yang belum mengerti tentang posisi kedua sumber hukum tersebut dalam islam maupun Filsafat Pendidikan Islam. Mereka mungkin hanya mengetahui bahwa Al-Qur’an dan Hadist itu hanya sebatas simbol yang menandakan bahwa mereka adalah orang islam tanpa mengetahui lebuh jauh peran dan posisi Al-Qur’an dan Hadist, apa lagi dalam filsafat pendidikan islam. Oleh karena itu pemakalah menyusun makalah dengan tema “Posisi Al-Qur’an Dan Hadist Dalam Filsafat Pendidikan Islam” demi menambah wawasan pembaca terutama bagi pemakalah sendiri.
Adapun masalah yang akan menjadi pembahasan dalam makalah ini diantaranya mengenai apa pengertian Filsafat Pendidikan Islam, bagaimana metode pendidikan menurut Al-Qur’an dan Hadist, apa yang dimaksud Nalar Burhani, Nalar Irfani dan Nalar Bayani serta bagaimana posisi Al-Qur’an dan Hadist dalam Filsafat Pendidikan Islam.
Filsafat Pendidikan Islam adalah pemikiran-pemikiran yang dijadikan landasan atau asas pendidikan yang berdasar pada Al-Qur’an dan Hadits dalam menyelesaikan masalah yang berhubungan dengan pendidikan islam. Dalam Al-Qur’an dan Hadist juga terdapat banyak metode pendidikan yakni metode teladan (contoh yang baik), kisah-kisah, diskusi, pengungkapan materi yang jelas dan penciptaan suasana kelas yang kondusif dan menyenangkan.
Al-Qur’an dan Hadist selain banyak memberikan metode-metode pendidikan juga mendapat posisi penting dalam Filsafat Pendidikan Islam yakni sebagai dasar pijakan utama atau dasar pemikiran dalam menyelesaikan masalah-masalah yang berhubungan dengan pendidikan islam. Semoga makalah ini bermanfaat bagi pembaca pada umumnya dan bagi diri pribadi penulis dalam rangka menambah wawasan keilmuan dan memenuhi tugas mata kuliah Filsafat Pendidikan Islam.
B. Pembahasan
1. Pengertian Filsafat Pendidikan Islam
Filsafat pendidikan islam berasal dari tiga kata yakni filsafat, pendidikan dan islam. Filsafat berasal dari dua patah kata bahasa Yunani yaitu philos yang berarti cinta dan sophia yang artinya kebijaksanaan atau kepahaman yang mendalam. Jadi pengertian filsafat secara bahasa adalah cinta terhadap kebijaksanaan. Filsafat menurut istilah berarti berfikir secara mendalam, menyeluruh, sistematis dan spekulatif untuk mencari hakekat sesuatu. John Dewey mengatakan bahwa filsafat adalah teori umum bagi pendidikan, karena ia merupakan landasan dari semua pemikiran mengenai pendidikan. Sedangkan pendidikan Menurut W. J. S. Poerwadarminta adalah suatu proses perubahan sikap dan perilaku seseorang atau kelompok orang dalam usaha mendewasakan manusia melalui upaya pengajaran dan latihan.
Islam menurut Harun Nasution adalah agama yang ajaran-ajarannya diwahyukan oleh Tuhan kepada manusia melalui Nabi Muhāmmad SAW sebagai Rasul yang ajaran-ajarannya mengambil dari berbagai aspek dalam Al-Qur’an dan Hadits.
Berdasarkan definisi dari masing-masing kata diatas dapat disimpulkan bahwa filsafat pendidikan islam adalah pemikiran-pemikiran yang dijadikan landasan atau asas pendidikan dengan berdasar pada norma-norma islam (Al-Qur’an dan Hadits) demi menuju terbentuknya kepribadian islami. Selain itu juga untuk memberikan penjelasan-penjelasan dalam rangka membantu menyelesaikan atau memecahkan masalah yang muncul dalam pendidikan islam.
2. Metode Pendidikan Menurut Al-Qur’an dan Hadits
a. Metode Pendidikan Menurut Al-Qur’an
Al-Qur’an merupakan wahyu Allah yang diturunkan kepada Nabi
Muhammad SAW lewat perantara malaikat Jibril sebagai pedoman bagi seluruh umat manusia. Al-Qur’an diturunkan secara beransur-ansur supaya mudah dipahami dan dihafal oleh umat muslim. Dalam Al-Qur’an banyak sekali cara-cara atau metode dalam melakukan pendidikan diantaranya adalah :
1) Metode pendidikan moral atau teladan yang baik, sebagaimana yang terdapat dalam Al-Qur’an surat Al-Luqman ayat 17 :
يَا بُنَيَّ أَقِمِ الصَّلَاةَ وَأْمُرْ بِالْمَعْرُوفِ وَانْهَ عَنِ الْمُنْكَرِ وَاصْبِرْ عَلَى مَا أَصَابَكَ إِنَّ ذَلِكَ مِنْ عَزْمِ الْأُمُورِ (17)
Artinya: “Hai anakku, dirikanlah shalat dan suruhlah (manusia) mengerjakan yang baik dan cegahlah (mereka) dari perbuatan yang mungkar dan bersabarlah terhadap apa yang menimpa kamu. Sesungguhnya yang demikian itu termasuk hal-hal yang diwajibkan (oleh Allah)”.
Dalam surat Luqman ini sangat dianjurkan bagi pendidik untuk menjadi teladan yang baik karena peserta didik cenderung akan meniru dan melakukan sesuatu yang mereka lihat dari tingkah laku pendidik sehari-hari, sebagaimana yang dilakukan Luqman dalam mendidik anaknya. Selain itu Allah swt juga menganjurkan untuk mencontoh perilaku Nabi Muhammad SAW karena beliaulah sebaik-baiknya teladan, sebagaimana firman Allah dalam surat Al -Ahzab ayat 21 :
لَقَدْ كَانَ لَكُمْ فِي رَسُولِ اللَّهِ أُسْوَةٌ حَسَنَةٌ لِمَن كَانَ يَرْجُو اللَّهَ
وَالْيَوْم الْآَخِرَ وَذَكَرَ اللَّهَ كَثِيرًا (21)
Artinya : “Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan Dia banyak menyebut Allah”.
Dalam ayat diatas dijelaskan bahwa Allah sangat menganjurkan perbuatan baik dan melarang perbuatan yang mungkar. Anjuran ini sangat tepat diterapkan dalam pendidikan karena pendidikan tanpa moral tidak akan menghasilkan generasi-generasi yang baik. Sebaliknya malah akan menciptakan generasi yang rusak dan tidak sesuai dengan apa yang dicita-citakan para pendidik.
2) Metode Kisah-Kisah
Di dalam Al-Qur’an banyak sekali ayat yang menceritakan tentang kisah-kisah zaman dahulu yakni surat Al-Qashash. M. Quraish Shihab memberikan contoh pada surat Al-Qashash ayat 76-81 yang bercerita tentang Qarun. Qarun merupakan contoh dari manusia yang tidak bersyukur atas nikmat Allah kepadanya. Dia mengakui bahwa semua harta yang ia peroleh adalah atas hasil usahanya sendiri. Namun pada suatu hari terjadilah gempa yang sangat dahsyat yang mengakibatkan Qarun dan semua hartanya tenggelam dalam lautan pasir. Pelajaran yang dapat kita ambil dari kisah tersebut adalah jangan lupa bersyukur atas nikmat yang diberikan Allah kepada kita serta jangan sombong terhadap sesuatu yang kita miliki karena yang kita miliki hanyalah titipan dan sewaktu-waktu dapat diambil kembali oleh Allah.
3) Metode Nasihat
Nasihat merupakan ungkapan yang diperuntukkan baik bagi diri sendiri maupun orang lain. Nasihat bertujuan untuk mendorong seseorang untuk berubah kearah yang lebih baik. Dalam Al-Qur’an banyak sekali nasehat-nasehat, diantaranya terdapat dalam surat An Nahl ayat 25:
ادْعُ إِلَى سَبِيلِ رَبِّكَ بِالْحِكْمَةِ وَالْمَوْعِظَةِ الْحَسَنَةِ وَجَادِلْهُمْ بِالَّتِي هِيَ أَحْسَنُ إِنَّ رَبَّكَ هُوَ أَعْلَمُ بِمَنْ ضَلَّ عَنْ سَبِيلِهِ وَهُوَ أَعْلَمُ بِالْمُهْتَدِينَ (125)
Artinya : “Serulah (manusia) kepada jalan Tuhan-mu dengan hikmah dan pelajaran yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang baik. Sesungguhnya Tuhanmu Dialah yang lebih mengetahui tentang siapa yang tersesat dari jalan-Nya dan Dialah yang lebih mengetahui orang-orang yang mendapat petunjuk”.
Dalam ayat diatas dijelaskan bahwa dalam memberi nasehat haruslah dengan ungkapan yang baik karena nasehat yang ungkapannya tidak baik tentu akan menyakiti hati yang diberi nasehat. Oleh karena itu berilah mereka pelajaran atau contoh yang baik dan jika mereka membantah, bantahlah dengan baik. Dengan begitu nasehat yang kita berikan akan diterima dan akan membantu mereka yang sedang dalam kesusahan.
b. Metode Pendidikan Menurut Hadits
Hadits merupakan perkataan, perbuatan dan ketetapan yang disandarkan kepada Nabi Muhammad SAW. Hadits juga merupakan sumber hukum kedua setelah Al-Qur’an. Hadits menjadi penjelas makna ayat-ayat Al-Qur’an yang masih bersifat umum agar manusia tidak salah paham dalam memahami makna yang terkandung dalam Al-Qur’an.
Dalam hadits juga terdapat metode-metode pendidikan yang dapat kita terapkan dalam kehidupan sehari-hari diantaranya adalah :
1) Menciptakan suasana pembelajaran yang kondusif dan menyenangkan.
عَنْ أَبِى بُرْدَةَ عَنْ أَبِى مُوسَى قَالَ كَانَ رَسُولُ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- إِذَا بَعَثَ أَحَدًا مِنْ أَصْحَابِهِ فِى بَعْضِ أَمْرِهِ قَالَ « بَشِّرُوا وَلاَ تُنَفِّرُوا وَيَسِّرُوا وَلاَ تُعَسِّرُوا ».(رواه مسلم)
Artinya : “Dari Abu Burdah dari Abu Musa, ia berkata Rasulullah SAW ketika mengutus salah seorang sahabat di dalam sebagian perintahnya Rasulullah SAW bersabda berilah mereka kabar gembira dan janganlah mereka dibuat lari dan permudahkanlah manusia dalam soal-soal agama dan janganlah mempersukar mereka”. (HR. Imam Muslim)
Dalam Hadits diatas sebagai pendidik haruslah menciptaan suasana yang kondusif dan menyenangkan agar para peserta didik betah dikelas, selain itu agar suasana dalam kelas tidak cenderung suram karena murid merasa tertekan karena watak atau perilaku pendidik yang tidak bisa diajak bercanda. Jika murid tidak betah dikelas karena sifat pendidik yang terkesan buruk bagi siswa, mereka akan sulit menerima ilmu yang diberikan guru kepadanya dan akan menciptakan rasa benci terhadap guru tersebut.
2) Pengungkapan materi yang jelas
Dalam menyampaikan materi kepada murid haruslah dengan jelas agar murid dapat mengerti apa yang disampaikan guru kepadanya. sebagaimana dijelaskan dalam hadits yang diriwayatkan oleh Abu Dawud :
عَنْ عَائِشَةَ رَحِمَهَا اللّهُ قَالَتْ كَانَ كَلاَمُ رَسُوْلُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ
عَلَيْهِ وَسَلَّمَ كَلاَمًا فَصْلاً يَفْهَمُهُ كُلُّ مَنْ سَمِعَهُ (رواه ابو داود)
Artinya :“Dari Aisyah Rahimah Allah berkata, sesungguhnya perkataan Rasulullah adalah ucapan yang sangat jelas, dan dapat memahamkan orang yang mendengarkannya”. (HR. Abu Dawud)
Dalam hadits tersebut dijelaskan bahwa Rasulullah dalam menyampaikan penjelasannya menggunakan gaya dan bahasa yang mudah dipahami bagi seseorang yang diajak bicara. Oleh karena itu sebagai pendidik harus menyesuaikan kemampuannya dengan murid yang dihadapinya agar murid dapat mengerti dan memahami apa yang disampaikan pendidik.
3) Metode tanya jawab dan diskusi.
عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ قَالَ قَالَ رَجُلٌ يَارَسُوْلُ اللَّهِ مَنْ أَحَقُّ النَّاسِ بِحُسْنِ الصُّحْبَةِ ؟ قَالَ أُمُّكَ ثُمَّ أُمُّكَ ثُمَّ أُمُّكَ ثُمَّ أَبُوْكَ ثُمَّ أَدْنَاكَ أَدْنَاكَ (رواه مسلم)
Artinya : “Dari Abu Hurairah r.a Berkata : ada seorang laki-laki bertanya kepada Rasul. Ya Rasulullah, siapakah orang yang paling berhak saya hormati? Beliau menjawab : “Ibumu, kemudian ibumu, kemudian ibumu, kemudian ayahmu, kemudian yang lebih dekat dan yang lebih dekat dengan kamu”. (HR. Muslim)
Dalam hadits diatas dapat kita ambil kesimpulan bahwa, Rasulullah menggunakan metode diskusi dan tanya jawab sebagai strategi pembelajaran. Beliau menjawab semua pertanyaan sahabatnya begitu juga sebaliknya.
Demikian juga dalam pendidikan, metode diskusi sangat efektif dalam melakukan pembelajaran karena dengan berdiskusi akan menciptakan hubungan timbal balik antara guru dan murid,
sekaligus guru dapat mengukur seberapa dalam pemahaman murid dalam menguasai materi yang diberikan.
3. Posisi Al-Qur’an dan Hadist Dalam Filsafat Pendidikan Islam
Filsafat pendidikan islam adalah proses berfikir yang mendalam, menyeluruh dan sistematis yang berdasarkan pada dasar-dasar islam yakni Al-Qur’an dan Hadits. Dalam hal ini posisi Al-Qur’an dan Hadits dalam Filsafat Pendidikan Islam sangat penting yakni sebagai dasar pemikiran tentang pendidian islam. Al-Qur’an diturunkan tidak hanya untuk keimanan saja tetapi juga untuk pendidikan sebagaimana yang terdapat dalam surat Al-Baqarah ayat 31:
وَعَلَّمَ آَدَمَ الْأَسْمَاءَ كُلَّهَا ثُمَّ عَرَضَهُمْ عَلَى الْمَلَائِكَةِ فَقَالَ أَنْبِئُونِي بِأَسْمَاءِ هَؤُلَاءِ إِنْ كُنْتُمْ صَادِقِينَ (31)
Artinya :“Dan Dia mengajarkan kepada Adam nama-nama (benda-benda) seluruhnya, kemudian mengemukakannya kepada Para Malaikat lalu berfirman: "Sebutkanlah kepada-Ku nama benda-benda itu jika kamu mamang benar orang-orang yang benar!"
Dalam Hadist juga dijelaskan bahwa islam sangat mementingkan adanya pendidikan dan pengajaran, bahkan mengancam orang-orang yang mengetahui suatu ilmu namun tidak mengamalkannya. Sebagaimana yang diriwayatkan oleh Ibnu Majah:
قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ مَنْ سُئِلَ عَنْ عِلْمٍ فَكَتَمَهُ أُلْجِمَ يَوْمَ الْقِيَامَةِ بِلِجَامٍ مِنْ نَارٍ
Artinya : “Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: "Barang siapa ditanya tentang suatu ilmu kemudian ia menyembunyikannya, maka pada hari kiamat ia akan dicambuk dengan cambuk dari neraka." (H. R Ibnu Majah)
Oleh karena itu kita harus mengamalkan ilmu yang kita peroleh kepada siapapun agar ilmu itu barokah dan bermanfaat serta terhindar dari kecaman Rasulullah diatas. Dalam memahami sesuatu belum cukup kalau hanya memahami apa, bagaimana dan manfaat benda itu, tetapi harus memahami sampai ke hakikat dari benda itu. Filsafat merupakan subjek yang mempelajari tentang suatu objek, dalam hal ini yaitu pendidikan islam. Oleh karena itu dalam mempelajarinya pendidikan islam hendaknya selalu didasarkan pada Al-Qur’an dan Hadist karena dengan begitu hasilnya tidak akan keluar dari Al-Qur’an dan Hadist serta mudah diterima dan dipahami oleh orang banyak terutama bagi pelajar.
4. Nalar Bayani, Nalar Burhani Dan Nalar Irfani
Nalar Bayani adalah aktivitas yang memungkinkan seseorang berpikir logis dengan cara menganilis teks. Sumber teks dalam studi Islam dapat dikelompokkan menjadi dua, yakni : teks nash (al-Qur`an dan Sunnah Nabi Muhammad SAW) dan teks non-nash berupa karya para ulama. Adapun corak berpikir yang diterapkan dalam ilmu ini cenderung deduktif, yakni mencari (apa) isi dari teks (analisis content).
Sebenarnya model berpikir semacam ini sudah lama dipergunakan oleh para fuqaha', mutakallimun dan ushulliyun. Mereka banyak berpendapat bahwa bayani adalah pendekatan untuk :
a) Memahami atau menganalisis teks guna menemukan atau mendapatkan makna yang dikandung dalam (atau dikehendaki) lafadz, dengan kata lain pendekatan ini dipergunakan untuk mengeluarkan makna zahir dari lafz dan 'ibarah yang zahir pula; dan
b) mengambil istinbat hukum-hukum dari al-nusus al-diniyah dan al-Qur'an khususnya.
Karena fungsinya untuk menganallisis teks, maka nalar bayani menggunakan alat bantu (instrumen) berupa ilmu-ilmu bahasa dan uslub-uslubnya serta asbabu al-nuzul, dan istinbat atau istidlal sebagai metodenya.
Nalar Burhani adalah pengetahuan yang diperoleh dari indera, percobaan dan hukum -hukum logika. Maksudnya bahwa untuk mengukur atau benarnya sesuatu adalah berdasarkan komponen kemampuan alamiah manusia berupa pengalaman dan akal tanpa teks wahyu suci, yang memuncukan peripatik. Maka sumber pengetahuan dengan nalar burhani adalah realitas dan empiris yang berkaitan dengan alam, social, dan humanities. Artinya ilmu diperoleh sebagai hasil penelitian, hasil percobaan, hasil eksperimen, baik di labolatorium maupun di alam nyata, baik yang bersifat alam maupun social. Corak model berpikir yang digunakan adalah induktif, yakni generalisasi dari hasil-hasil penelitian empiris.
Nalar Burhani mendasarkan diri pada kekuatan rasio melalui instrumen logika (induksi, deduksi, abduksi, simbolik, proses, dll.) dan metode diskursif (bathiniyyah) dalam memperoleh kebenaran.
Nalar Irfani adalah pendekatan pemahaman yang bertumpu pada instrumen pengalam batin, dhawq, qalb, wijdan, basirah dan intuisi. Sedangkan metode yang dipergunakan meliputi manhaj kashfi dan manhaj iktishafi. Pendekatan 'irfani banyak dimanfaatkan dalam ta'wil. Ta'wil 'irfani terhadap Al-Qur'an bukan merupakan istinbat, bukan ilham, bukan pula kashf. tetapi ia merupakan upaya mendekati lafz-lafz Al-qur'an lewat pemikiran yang berasal dari dan berkaitan dengan warisan 'irfani yang sudah ada sebelum Islam, dengan tujuan untuk menangkap makna batinnya.
C. Kesimpulan
Filsafat Pendidikan Islam adalah pemikiran-pemikiran yang dijadikan landasan atau asas pendidikan yang berdasar pada Al-Qur’an dan Hadits. John Dewey mengatakan bahwa filsafat adalah teori umum bagi pendidikan, karena ia merupakan landasan dari semua pemikiran mengenai pendidikan.
Dalam Al-Qur’an juga terdapat banyak metode pendidikan yakni Metode pendidikan moral (teladan yang baik), Metode kisah-kisah, dan Metode nasihat. Selain dalam Al-Qur’an, dalam hadis juga terdapat cara-cara atau metode dalam mendidik manusia antara lain: Menciptakan suasana pembelajaran yang kondusif dan menyenangkan, Pengungkapan materi yang jelas dan Metode tanya jawab serta diskusi.
Selain mempunyai banyak metode pendidikan, Al-Qur’an dan Hadist juga mendapat posisi yang penting dalam Filsafat Pendidikan Islam yakni sebagai dasar pijakan atau pemikiran utama dalam menyelesaikan masalah-masalah yang berhubungan dengan pendidikan islam.
Nalar Bayani adalah aktivitas yang memungkinkan seseorang berpikir logis dengan cara menganilis teks yang berasal dari teks nash (al-Qur`an dan Sunnah Nabi Muhammad SAW) dan teks non-nash berupa karya para ulama. Adapun metodenya yakni berupa ilmu-ilmu bahasa dan uslub-uslubnya serta asbabu al-nuzul, dan istinbat atau istidlal dalam memperoleh suatu pemahaman.
Nalar Burhani adalah pengetahuan yang diperoleh dari indera, percobaan dan hukum -hukum logika. Sumber pengetahuan dengan nalar burhani adalah realitas dan empiris yang berkaitan dengan alam, social, dan humanities. Nalar ini mendasarkan diri pada rasio dalam memperoleh suatu kebenaran.
Nalar irfani adalah pendekatan pemahaman yang bertumpu pada instrumen pengalam batin, dhawq, qalb, wijdan, basirah dan intuisi. Sedangkan metode yang dipergunakan meliputi manhaj kashfi dan manhaj iktishafi.
Daftar Pustaka
As Said, Muhammad. Filsafat Pendidikan Islam. Yogyakarta: Mitra Pustaka. 2011.
Juwariyah. Hadist Tarbawi. Yogyakarta: Teras. 2010.
Munir, Ahmad. Falsafah Al-Qur’an. Ponorogo: STAIN Ponorogo Press. 2008.
Nata, Abuddin. Sejarah Pendidikan Islam. Jakarta: Kencana. 2011.
Nawawi, Imam. Terjemahan Riyadlus Shahih Al Bukhari jilid 1. Jakarta : Pustaka Amani. 1999.
S, Tatang. Ilmu Pendidikan. Bandung: Pustaka Setia. 2012.
Shihab, M. Quraish. Membumikan Al-Qur’an . Bandung: Mizan, 1982.
Sudiyono, H. M. Ilmu Pendidikan Islam Jilid 1. Jakarta: Rineka Cipta. 2009.
“Posisi Al-Quran Dan Sunnah Dalam Filsafat Pendidikan Islam”, Wordpress on line, https://www.wordpress.com/2014/04/24/.html, diakses tanggal 2 Pebruari 2015.
“Hadist Tentang Metode Pendidikan”, Blogspot on line, http://www. dillanazaly. blogspot.com/2013/10/.html, diakses tanggal 1 Pebruari 2015.
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 komentar:
Posting Komentar