Asal
Usul Tasawuf
BAB
I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Dewasa ini kita kita sudah tidak asing lagi
dengan yang namanya tasawuf. Tasawuf sudah mulai populer sejak abad ke-5 H dan
memunculkan tokoh ternama yakni Imam Al-Ghazali. Namun bagi kebanyakan orang
belum tahu tentang apa itu tasawuf dan bagaimana seluk beluk didalamnya. Oleh
karena itu pemakalah membuat makalah dengan tema asal usul tasawuf.
Tasawuf adalah adalah ilmu yang memuat cara tingkah laku atau amalan-amalan yang bertujuan untuk mendekatkan diri kepada Allah atau berhubungan dengan-Nya.
Selain itu juga menerangkan cara-cara mencucikan jiwa, memperbaiki akhlak, dan membina kesejahteraan lahir serta batin untuk mencapai kebahagiaan yang abadi.
Tasawuf adalah adalah ilmu yang memuat cara tingkah laku atau amalan-amalan yang bertujuan untuk mendekatkan diri kepada Allah atau berhubungan dengan-Nya.
Selain itu juga menerangkan cara-cara mencucikan jiwa, memperbaiki akhlak, dan membina kesejahteraan lahir serta batin untuk mencapai kebahagiaan yang abadi.
Akhlak tasawuf pertama kali dicontohkan
oleh Nabi Muhammad Saw dalam kehidupannya sehari-hari misalnya tidak
mementingkan kemewahan materi, tetapi lebih mementingkan kekayaan mental
spiritual atau mementingkan akhirat. Dalam perkembangan sejarah ada salah seorang
sahabat yang secara khusus memahami, menghayati, dan mengamalkan ajaran-ajaran
yang dicontohkan oleh rasulullah, Sahabat tersebut adalah Hudzaifal Al-Yamani.
Dalam sejarah perkembangannya, para ahli
membagi tasawuf menjadi dua yaitu tasawuf akhlaki dan tasawuf falsafi. Tasawuf
ahlaki yaitu tasawuf yang banyak
dikembangkan oleh kaum salaf yang lebih senang menyendiri dan berdzikir, serta mengarah
pada teori-teori perilaku dan akhlak atau budi pekerti. Sedangka tasawuf falsafi yaitu tasawuf yang didasarkan
pada gabungan teori-teori tasawuf dan filsafat. Lebih jauh tentang asal usul
tasawuf dan perkembangannya akan kami jelaskan dalam makalah ini.
1.2 Rumusan Masalah
1.2.1
apa pengertian
tasawuf ?
1.2.2
apa dasar
tasawuf ?
1.2.3
apa tujuan
tasawuf ?
1.2.4
bagaimana
sejarah munculnya tasawuf ?
1.2.5
bagaimana
pertumbuhan dan perkembangan tasawuf ?
BAB
II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Tasawuf
Secara etimologi, kata tasawuf berasal
dan bahasa arab, yaitu tashawwafa, yatashawwafu, tashawwufan.[1]
Ulama berbeda pendapat dari mana asal-usulnya. Ada yang mengatakan dari kata shuf
(bulu domba), shaff (barisan), shafa’ (jernih), dan shuffah
(serambi masjid nabawi yang ditemati oleh orang sebagian sahabat Rasulullah
saw). Pemikiran masing-masing pihak itu dilatarbelakangi oleh fenomena yang ada
pada diri para sufi. Secara etimologi, pengertian tasawuf dapat dimaknai
menjadi beberapa macam, yaitu sebagai berikut:
a. Tasawuf
berasal dari istilah yang dikonotasikan dengan ahl ash-shuffah yang
berarti sekelompok orang dimasa Rasulullah yang banyak berdiam di
serambi-serambi masjid dan mereka mengapdikan hidupnya untuk beribadah kepada .
Mereka adalah orang-orang yang ikut pindah dengan Rasulullah dari mekah ke
madinah, kehilangan harta, berada dalam keadaan miskin, dan tidak mempunyai
apa-apa. Mereka tinggal di masjid Rasulullah dan duduk di atas bangku batu
dengan memakai pelana sebagai bantal. Pelana disebut shuffah dan kata sofa
dalam bahasa-bahasa di eropa barasal dari kata ini.
b. Tasawuf
berasal dari kata shafa’ yang artinya suci. Jadi maksudnya adalah mereka
itu menyucikan dirinya di hadapan Tuhan melalui latihan yang berat dan lama.
c. Tasawuf
berasal dari kata shaff. Makna shaff ini dinisbahkan kepada orang-orang
yang ketika shalat selalu berada di shaf (barisan) terdepan. Sebagaimana halnya
shalat di shaf pertama mendapat kemuliaan dan pahala, maka orang-orang penganut
tasawuf ini dimuliakan dan diberi pahala oleh .[2]
d. Tasawuf
berasal dari kata shuf, artinya ialah kain yang terbuat dari bulu wol.
Namun kain wol yang dipakai adalah kain wol kasar, bukan wol halus sebagaimana
kain wol sekarang. Memakai kain wol kasar pada waktu itu adalah simbol
kesederhanaan. Lawannya adalah memakai sutra. Kain itu dipakai oleh orang-orang
mewah dikalangan pemerintahan yang hidupnya mewah. Para penganut tasawuf ini
hidupnya sederhana, tetapi berhati mulia, menjauhi pakaian sutra, dan memakai wol
kasar.
Demikianlah pengertian tasawuf ditinjau
dari segi bahasa. Sedangkan secara terminologi, para ahli berbeda pendapat dalam merumuskan pengertian
tasawuf. Berikut ini pendapat mereka [3]
:
a. Al-Juned
(w.296 H)
Tasawuf
adalah menyucikan hati sehingga tidak ditimpa suatu kelemaha, menjauhi akhlak
alamiah, melenyapkan sifat kemanusiaan, dan menjauhi segala keinginan nafsu.
b. Ma’ruf
Al-Karkhi (w. 200 H)
Tasawuf
adalah hanya menerima kebenaran dan tidak mengharapkan apa yang ada di tangan
para makhluk, barangsiapa yang tidak sanggup menerima kefakiran berarti tidak
berhasil mencapai derajat tasawuf.
c. Syaikh
Islam Zakaria Al-Anshari
Tasawuf
ialah ilmu yang menerangkan cara-cara mencuci bersih jiwa, memperbaiki akhlak,
dan membina kesejahteraan lahir serta batin untuk mencapai kebahagiaan yang
abadi.
d. Sayyed
Hussein Nasr
Tasawuf
ialah upaya melatih jiwa dengan berbagai kegiatan yang dapat membebaskan
manusia dari pengaruh duniawi dan mendekatkannya kepada sehingga jiwanya bersih serta memancarkan
akhlak mulia.[4]
e. H.
M. Amin Syukur
Tasawuf
ialah system latihan dengan kesungguhan (riyadhah mujahadah) untuk
membersihkan, mempertinggi dan memperdalam aspek kerohanian dalam rangka
mendekatkan diri kepada (taqarrub)
sehingga segala perhatian hanya tertuju kepada-Nya.[5]
Dari
beberapa definisi yang telah dikemukakan diatas, dapat ditarik suatu pemahaman
bahwa tasawuf adalah ilmu yang memuat cara tingkah laku atau amalan-amalan yang
bertujuan untuk mendekatkan diri kepada
atau berhubungan denganNya.
2.2 Sejarah Munculnya Tasawuf
Sebelum Rasulullah menerima wahyu untuk
pertama kali, seringkali, beliau melakukan kegiatan sufi. Beliau beruzlah di
gua hiro selama berbulan-bulan, sampai akhirnya beliau menerim,a wahyu pertama
dan diangkat oleh sebagai Rasul pada
tanggal 17 Ramadhan tahun pertama kenabian.
Setelah Rasulullah resmi di angkat sebagai
utusan , keberadaan dan cara hidup beliau masih ditandai oleh jiwa dan suasana
kerakyatan, meskipun hidup dalam lingkaran kekuasaan sebagai Nabi. Pada waktu
malam, beliau sedikit sekali tidur. Waktu beliau dihabiskan untuk bermunajah
kepada dengan memperbanyak dzikir.
Tempat tidur baliau adalah balai kayu biasa denhgan alas tidur dari daun kurma.
Beliau tidak pernah memakai pakaian yang beserba mewah meskipun mampu
membelinya. Dalam kehidupan sehari-hari beliau sangat sederhana dan tidak
menyukai kemewahan hidup. Tasawuf pada
masa rasulullah saw adalah sifat umum yang terdapat pada hampir semua sahabat
beliau. Dengan cara seperti ini sedikit demi sedikit lahirlah filsafat ibadah dan
penyelidikan-penyelidikan secara mendalam bersamaan dengan itu pula lahirlah
madhab-madhab rohaniyah yang mendalam dan semuanya termasuk dalam perilaku
tasawuf.
Jadi, rasulullah saw memberikan landasan
berdasarkan wahyu ilahi dalam kehidupan
tasawuf. Kehidupan beliau yang sangat sederhana dan meninggalkan kehidupan
mewah bertujuan memberi contoh bagi para sahabatnya. Segala sesuatu dalam
kehidupan beliaau menunjukkan kehidupan yang sederhana, termasuk perabot rumah
tangga, makanan, minuman dan pakaian yang digunakan sehari-hari. Kehidupan
beliau tidak mementingkan kemewahan materi, tetapi lebih mementingkan kekayaan
mental spiritual. Akibatnya hubungan
transendental dengan tuhan
memiliki makna yang hakiki dan jiwa memiliki daya perekat dan kedekatan dengan-nya. Demikianlah gambaran kehidupan sufi pada
zaman rasulullah yang dipraktikkan langsung oleh beliau sendiri dan diikuti
oleh para sahabat dalam kehidupan sehari-hari.
Kehidupan beliau yang bercorak sufi
mempengaruhi para sahabatnya dalam kehidupan sehari-hari, keadaaan ini
berlangsung terus yang diikuti oleh para pengikutnya hingga saat ini.
Demikianlah dapat dikatakan bahwa rasulullah telah memberi contoh sekaligus
meletakkan dasar-dasar hidup kerohanian dan tarekatnya bagi para pengikutnya sepanjang
zaman. Kehidupan sufi yang dipraktikkan langsung oleh rasulullah sangat
berpengaruh pada kehidupan sahabatnya. Hal ini dapan dilihat dari suasana
kehidupan para sahabat rasulullah yang hidup secara sederhan bahkan serba
kekurangan. Dalam diri mereka memancar sinar semangat dalam beribadah kepada .
Hal ini tampak dalam kehidupan para sahabat, diantaranya Abu Hurairah, Abu
Ad-Darda’, Salman Al-Farsi, Abu Bakar, Umar Ibn Khattab, Usman Bin Affan, Ali
Bin Abi Thalib, Dan Abdullah Bin Umar.
Dalam perkembangan sejarah ada salah
seorang sahabat yang secara khusus memahami, menghayati, dan mengamalkan
ajaran-ajaran yang dicontohkan oleh rasulullah. Para ahli sejarah islam
menengarahi bahwa sahabat inilah yang pertama
mencoba memfilsafatkan ibadah dan menjadikannya secara satu “tarekat”
yang lebih khusus. Sahabat inilah yang pertama kali menyampaikan ilmu yang
kemudian hari dikenal dengan ilmu tasawuf. Ia pulalah yang membuka jalan serta
membuat teori-teori ilmu tasawuf. Sahabat tersebut adalah Hudzaifal Al-Yamani.
Perkembangan sufi kemudian dilanjutkan
oleh generasi tabi’in, diantaranya Imam Hasan Al-Bashri, seorang ulama besar
masa tabi’in murid Hudzaifal Al-Yamani. Ia adalah orang pertama yang mendirikan
pengajian tasawuf di kota bashrah. Diantara muridnya yang mengikuti pengajian
tasawuf dimadrasah tasawuf miliknya itu adalah Malik Bin Dinar, Tsabit
Al-Banani, Ayub As-Saktiyani Dan Muhammad Bin Wasi’.
Pada abad-abad berikutnya, ilmu tasawuf
semakin berkembang sejalan dengan perkembangan agama islam diberbagai belahan
bumi. Dengan didirikannya madrasah-madrasah, seperti di Irak yang dipimpin oleh
Sa’id Bin Musayyab dan di Khurasan yang dipimpin Oleh Ibrahim Bin Adham. Dalam
hal perkembangan agama islam diberbagai wilayah dunia islam, para sufi berperan
besar dalam menyebarkan dan mengembangkan ajaran-ajaran agama islam kepada kaum
muslim.
Menurut para ahli munculnya tasawuf
dipengaruhi oleh beberapa faktor. Menurut Al-Afifi, munculnya tasawuf
dipengaruhi oleh empat faktor antara lain [6]:
1. Faktor
ajaran islam yakni Al-Qur’an Dan Sunnah. Kedua sumber ini mendorong untuk hidup
wara’, takwa, rajin beribadah, bertingkah laku baik, berpuasa, dll
2. Reaksi
kerohanian kaum muslim terhadap sistem sosial politik dan ekonomi dikalangan
umat islam sendiri, yaitu ketika islam telah tersebar ke berbagai negara yang
berdampak terjadinya konflik internal antara umat islam yang menyebabkan perang
saudara antara Ali Bin Abi Thalib dan Muawiyah yang bermula dari Al-Fitnah
Al-Kubra yang menimpa Khalifah Utsman Bin Affan. Dengan fenomena
sosial-politik seperti itu, ada sebagian masyarakat atau ulama yang tidak ingi
terlibat dalam kemewahan dunia dan mempunyai sikap tidak mau tahu terhadap
pergolakan yang ada dengan mengasingkan diri agar tidak terlibat dalam
pertikaian tersebut.
3. Kependetaan
(rabbaniyah) agama nasrani sebagai konsekuensi agama yang lahir sebelum islam.
Pemeluknya tersebar keseluruh negara dan sikap-sikapnya mempengaruhi masyarakap
agama lain, termasuk islam. Para pendeta
nasrani berpengaruh terhadap kaum paganis arab jahiliyah. Mereka itulah yang
menyebabkan kehidupan di Jazirah Arab menjauhi dunia sebelum islam datang.
Namun, pengaruh itu lebih bersifat organisator daripada esensi ajaran.
4. Reaksi
terhadap ilmu fiqih dan ilmu kalam. Keduanya tidak dapat memuaskan hati kaum
seorang muslim. Ilmu fiqih lebih mementingkan formalisme dan legalisme dalam
menjalankan syariat islam, sementara ilmu kalam mementingkan pemikiran rasional
dalam pemahaman agama islam.
Menurut At-Taftazani, tasawuf lebih banyak
dimotifasi oleh ayat-ayat Al-Qur’an dan hadits yang bernada merendahkan nilai
dunia dan memberikan motif beramal demi memperoleh pahala akhirat dan selamat
dari siksa neraka. Sebagaimana yang terdapat dalam QS. Al-Hadid : 20 yang
artinya : “Ketahuilah, bahwa Sesungguhnya kehidupan dunia ini hanyalah
permainan dan suatu yang melalaikan, perhiasan dan bermegah- megah antara kamu
serta berbangga-banggaan tentang banyaknya harta dan anak, seperti hujan yang
tanam-tanamannya mengagumkan Para petani; kemudian tanaman itu menjadi kering
dan kamu Lihat warnanya kuning kemudian menjadi hancur. dan di akhirat (nanti)
ada azab yang keras dan ampunan dari
serta keridhaan-Nya. dan kehidupan dunia ini tidak lain hanyalah
kesenangan yang menipu.” Selain itu ada juga firman yang menunjukkan nilai akhirat lebih baik
daripada kehidupan dunia, yakni QS. Adh-Dluha : 4 yang artinya : “Dan
sesungguhnya akhirat itu lebih baik bagimu daripada dunia.” [7]
Para ahli sejarah sepakat istilah
tasawuf muncul pada abad ke II hijriyah, yaitu ketika orang-orang berusaha
meluruskan jalan menuju ilahi dan takut kepada-Nya. Pada saat itu, para
pemegang kekuatan berada dalam puncak kemewahan hidup. Kemudian ada sebagian
golongan yang tidak tertarik ddengan kehidupan dunia sehingga mereka memilih
mengasingkan diri untuk mendekatkan diri kepada
melalui dzikir, baik secara jelas maupun tersembunyi. Ada pula yang
berusaha menghadirkan beberapa sarana untuk mendekatkan diri kehadirat . Mereka
menjadikan zuhud sebagai sarana pertamanya dan ada pula yang memperbanyak membaca
al-qur’an. Bahkan, ada pula yang tekun melakukan shalat sunnah sehingga
seolah-olah waktunya habis untuk shalat, terutama dimalam hari ketika orang
lain sedang terlelap tidur. [8]
Orang-orang yang melakukan pendekatan
diri seperti itu dikenal dengan nama sufi. Sejalan dengan hal tersebut, tasawuf
berkembang menjadi sebuah perkumpulan dan mengajarkan ilmu yang dimiliki kepada
orang-orang yang tertarik pada bidang tasawuf.
2.3 Dasar-Dasar Tasawuf
Tasawuf dalam penerapannya juga
mempunyai dasar atau Landasan yakni landasan yang bersumber dari Al-Qur’an dan
hadis. Hal ini penting karena kedua landasan itu merupakan kerangka acuan pokok
yang selalu djadikan pegangan oleh umat islam. Berikut ini landasan-landasan
tersebut :
1. (QS.
At-Tahrim (66): 8)
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ
آَمَنُوا تُوبُوا إِلَى اللَّهِ تَوْبَةً نَصُوحًا عَسَى رَبُّكُمْ أَنْ يُكَفِّرَ
عَنْكُمْ سَيِّئَاتِكُمْ وَيُدْخِلَكُمْ جَنَّاتٍ تَجْرِي مِنْ تَحْتِهَا الْأَنْهَارُ
يَوْمَ لَا يُخْزِي اللَّهُ النَّبِيَّ وَالَّذِينَ آَمَنُوا مَعَهُ نُورُهُمْ يَسْعَى
بَيْنَ أَيْدِيهِمْ وَبِأَيْمَانِهِمْ يَقُولُونَ رَبَّنَا أَتْمِمْ لَنَا نُورَنَا
وَاغْفِرْ لَنَا إِنَّكَ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيرٌ (8)
Artinya:
“Hai
orang-orang yang beriman, bertobatlah kepada
dengan taubat yang semurni-murninya, mudah-mudahan Tuhan kamu akan
menghapus kesalahan-kesalahanmu dan memasukkan kamu ke dalam surga yang
mengalir di bawahnya sungai-sungai, pada hari ketika tidak menghinakan Nabi dan orang-orang yang
beriman bersama dengan dia; sedang cahaya mereka memancar di hadapan dan di
sebelah kanan mereka, sambil mereka mengatakan: “Ya Tuhan kami, sempurnakanlah
bagi kami cahaya kami dan ampunilah kami; sesungguhnya Engkau Maha Kuasa atas
segala sesuatu”. (QS. At-Tahrim (66): 8 )
2. QS. Al-Baqarah (2):186
وَإِذَا سَأَلَكَ عِبَادِي عَنِّي فَإِنِّي قَرِيبٌ أُجِيبُ
دَعْوَةَ الدَّاعِ إِذَا دَعَانِ فَلْيَسْتَجِيبُوا لِي وَلْيُؤْمِنُوا بِي لَعَلَّهُمْ
يَرْشُدُونَ (186
Artinya:
“Dan
apabila hamba-hamba-Ku bertanya kepadamu tentang Aku, maka (jawablah),
bahwasanya Aku adalah dekat. Aku mengabulkan permohonan orang yang berdoa
apabila ia memohon kepada-Ku, maka hendaklah mereka itu memenuhi (segala
perintah) Ku dan hendaklah mereka beriman kepada-Ku, agar mereka selalu berada
dalam kebenaran.” (Al-Baqarah 2:186)
3. QS. Qaf (50):
16)
وَلَقَدْ خَلَقْنَا الْإِنْسَانَ وَنَعْلَمُ مَا تُوَسْوِسُ
بِهِ نَفْسُهُ وَنَحْنُ أَقْرَبُ إِلَيْهِ مِنْ حَبْلِ الْوَرِيدِ (16)
Artinya:
“Dan sesungguhnya Kami telah
menciptakan manusia dan mengetahui apa yang dibisikan oleh hatinya, dan Kami
lebih dekat kepadanya daripada urat lehernya. (QS. Qaf (50):16)
Selain itu didalam hadis Rasulullah
banyak dijelaskan tentang kehidupan rohaniah manusia sebagai landasan dari
tasawuf. Rasulullah saw sabda : “ Barang siapa mengenal dirinya sendiri
berarti dia mengenal Tuhannya.”
Dari sini jelas
bahwa dalam perkembangan awal tasawuf
bersumber dari Al-qur’an itu sendiri. Al-qur’an dan hadis sebagai sumber
pokok dalam agama islam, menjadi dasar bagi pertumbuhan dan perkembangan
nilai-nilai tasawuf dalam islam.
2.4 Tujuan Tasawuf
Secara
umum tujuan terpenting dari sufi adalah agar berada sedekat mungkin dengan .
Akan tetapi apabila diperhatikan kerakteristik tasawuf scara umum terlihat
adanya tiga sasaran “ antara” dari tasawuf, yaitu [9]
:
1. Tasawuf
bertujuan untuk pembinaan aspek moral.
Aspek
ini meliputi mewujudkan kestabilan jiwa yang berkeseimbangan, penguasaan, dan
pengendalian hawa nafsu sehingga manusia konsisten dan komitmen hanya kepada
keluhuran moral. Tasawuf yang bertujuan moralitas ini pada umumnya bersifat
praktis.
2. Tasawuf
yang bertujuan untuk ma’rifatullah melalui penyingkapan langsung atau metode Al-Kasyf
Al-Hijab.
3. Tasawuf
bertujuan untuk membahas bagaimana system pengenalan dan pendekatan diri
kepada secara mistis filosofis,
pengkajian garis hubungan antara Tuhan dengan makhluk, terutama hubungan
manusia dengan Tuhan dan apa arti dekat dengan Tuhan.
Dalam hal apa
makna dekat dengan Tuhan itu, terdapat tiga simbolisme yaitu: dekat dalam arti
melihat dan merasakan kehadiran Tuhan dalam hati, dekat dalam arti berjumpa
dengan Tuhan sehingga terjadi dialog antara manusia denga Tuhan, dan makna
dekat yang ketiga adalah penyatuan manusia dengan Tuhan sehingga yang terjadi
adalah monolog antara manusia yang telah menyatu dalam iradat Tuhan.
Dari
uraian singkat tentang tujuan Sufisme ini, terlihat adanya keragaman tujuan
itu. Namun dapat dirumuskan bahwa tujuan akhir dari sufisme adalah etika murni,
atau psikologi murni, dan atau keduanya secara bersamaan yaitu: a) penyerahan
diri sepenuhnya kepada kehendak mutlak Tuhan, karena Dialah penggerak utama
dari semua kejadian di alam ini, b) penanggalan secara total semua keinginan
pribadi dan melepas diri dari sifat-sifat jelek yang berkenaan dengan kehidupan
duniawi, c) peniadaan kesadaran terhadap diri sendiri serta pemusatan diri pada
perenungan terhadap Tuhan semata, tiada yang dicari kecuali Dia.
2.5
Pertumbuhan Dan Perkembangan Tasawuf
Tasawuf adalah bagian dari syari’at islam yaitu
perwujudan dari ihsan. Salah satu dari
tiga kerangka ajaran islam yang lain yakni iman dan islam. Abu Yazid Al Busthami mengatakan, “kita tidak
boleh tergiur terhadap orang yang diberi kekeramatan, sehingga tahu betul
konsistensinya terhadap islam”.[10] Tasawuf sebagai
manifestasi ihsan merupakan penghayatan seseorang terhadap agamanya serta berpotensi besar menawarkan pembebasan
spiritual, sehingga mengajak manusia mengenal dirinya dan akhirnya mengenal
tuhannya. [11]
Lahirnya tasawuf sebagai fenomena ajaran islam yang
diawali dengan ketidakpuasan terhadap praktik ajaran islam yang cenderung formalism
dan legalisme. Selain itu tasawuf disebut juga gerakan moral ( kritik )
terhadap ketimpangan sosial, politik, moral dan
ekonomi yang dilakukan oleh kalangan penguasa.
Dalam sejarah perkembangannya, para ahli membagi
tasawuf menjadi dua yaitu tasawuf akhlaki dan tasawuf falsafi. Tasawuf
ahlaki yaitu tasawuf yang banyak
dikembangkan oleh kaum salaf yang
lebih senang menyendiri dan berdzikir, karena mengarah pada teori-teori perilaku dan akhlak atau budi pekerti. Sedangka tasawuf falsafi
yaitu tasawuf yang didasarkan
pada gabungan teori-teori tasawuf dan filsafat. Para sufi yang terlibat dalam
aliran ini lebih banyak mengeluarkan pemikiran yang berkaitan dengan persatuan
manusia dan tuhan. Tidak berarti menafikan tindakan moral dalam proses
pembersihan diri, tetapi lebih banyak merasionalkan tindakan moralnya. Tasawuf ini banyak
dikembangkan oleh kaum sufi yang berlatar belakang filsuf.
Pembagian dua jenis tasawuf ini didasarkan atas
kecenderungan ajaran yang diajarkan yakni kecenderungan pada perilaku atau
moral keagamaan dan kecenderungan pada pemikiran. Dua kecenderungan ini terus
berkembang hingga mempunyai jalan sendiri-sendiri. Berikut ini perkembangan tasawuf dimulai dari abad
pertama hijriyah.[12]
a. Abad Pertama Dan Kedua
Pada periode ini tasawuf telah kelihatan dalam
bentuknya yang awal. Pada periode ini ada sejumlah orang yang tidak menaruh
perhatian pada kehidupan materi, seperti makan, pakaian dan tempat tinggal. Mereka lebih banyak beramal
untuk hal-hal yang berkaitan dengan kehidupan akhirat. Jadi pada periode ini tasawuf masih dalam bentuk
asketis (zuhud). Diantara tokoh yang terkemuka dalam kalangan sahabat
antara lain : Salman Al-Farisi, Ammar Bin Yasir, Hudzaifal Bin Al-Yaman, dll.
Sedangkan dalam kalangan tabi’in antara lain :
Hasan Al-Basri, Malik Bin Dinar, Robi’ah Al-Adawiyah, dll.
b. Abad Ketiga Dan Keempat
Jika tasawuf
pada tahap pertama masih berupa zuhud, maka pada abad ketiga dan keempat
hijriyah para sufi mulai memperhatikan sisi teoitis psikologis dalam rangka
memperbaiki perilaku, sehingga tasawuf telah menjadi sebuah ilmu keagamaan.
Kajian-kajian yang luas dan mendalam tentang akhlak telah memotivasi lahirnya
studi psikologis dan gejala-gejala kejiwaan serta efek atau pengaruhnya
terhadap tingkah laku. Pemikiran yang muncul berikutnya yakni dalam masalah
epistemologis yang berhubungan langsung dengan kajian-kajian mengenai hubungan
manusia dengan pencipta-nya. Oleh karena itu pada periode ini semua ilmu telah
terbentuk khusus bagi kalangan kaum sufi yang sebelumnya hanya berupa
ibadah-ibadah praktis.
Kajian yang berkaitan
dengan akhlak ini menjadikan tasawuf terlihat sebagai amalan yang sangat
sederhana dan mudah dipraktekkan oleh semua orang. Tasawuf ini banyak digunakan
oleh kaum salaf, perhatian mereka lebih tertuju pada realitas pengalaman islam
dalam praktik yang lebih menekankan perilaku manusia yang terpuji. Kaum salaf
tersebut melaksanakan amalan-amalan tasawuf dengan menampilkan akhlak atau
moral yang terpuji, dengan maksud memahami kandungan batiniyah ajaran islam yang
banyak mengandung muatan untuk berakhlak terpuji.
Kondisi tersebut bertahan kurang lebih selama
satu abad. Kemudian pada abad ke III hijriyah muncullah jenis tasawuf lain yang
lebih menonjolkan pemikiran eksklusif
yang diwakili oleh Al-Hallaj. Ia di hukum mati karena pendapatnya tentang
hulul yang dianggap sesat dan
membahayakan pemikiran umat muslim. Menurut Al-Hallaj, hulul ialah “ memiliki suatu jisim yang ditempati
ma’na rububiyah dan leburlah daripadanya ma’na basyariyah”. Menurutnya dalam
diri manusia terdapat dua sifat yaitu sifat kemanusiaan dan sifat ketuhanan.
Tuhan menciptakan manusia dalam copy-Nya. Dasar pemikirannya adalah surah Shad
ayat 72, bahwa adam mempunyai dua unsur yakni jasmani dan rohani. Unsur rohani
berasal dari materi sedangkan rohani berasal dari roh tuhan. Percampuran antara
roh manusia dan tuhan diumpamakan Al-Hallaj seperti bercampurnya air dengan
khamar. Jika ada sesuatu yang menyentuh-Nya, maka menyentuh aku.” [13]
c. Abad kelima
Pemikiran-pemikiran yang unik bahkan ganjil
yang dikemukakan oleh Abu Yazid dan Al-Hallaj tentang kesatuan khaliq
dengan makhluk, membuat resah para ulama yang kurang menyukai tasawuf bahkan
dikalangan ulama tasawuf akhlaki. Pada periode ini lahirlah tokoh sufi besar
yakni Al-Ghazali, yang sepenuhnya hanya menerima tasawuf berdasarkan Al-Qur’an
dan Sunnah, ia berhasil mengenalkan prinsip-prinsip tasawuf yang moderat, yang
sejalan dengan aliran ahl sunnah wa al-jama’ah dengan tulisan-tulisan
monumentalnya, seperti Al-Munqiz Min Adh-Dhalal, Tahafut Al-Falasifah Dan
Ihya’ulum Ad-Din.
Al-Ghazali
mengajukan kritik-kritik tajam terhadap pelpagai aliran filsafat dan
kepercayaan kebatinan dan berupaya keras untuk meluruskan tasawuf dari
teori-teori yang ganjil tersebut serta mengembalikannya pada ajaran atau bimbingan Al-Qur’an dan As-Sunnah serta menancapkan
dasar-dasar yang kokoh bagi tasawuf. Tasawuf inilah yang disebut tasawuf sunni,
yang pada dasarnya menjadikan tasawuf lebih dekat dengan tasawuf akhlaki dengan
kecenderungan pada kehidupan zuhud. Tasawuf yang bercorak sunni ini terus berkembang
ke seluruh penjuru dunia islam sejalan dengan mendominasinya Ahl As-Sunnah Wa Al-Jama’ah. Di
antara tokoh sufi yang hidup masa ini adalah Al-Qusyairi Dan Al-Harawi.
d.
Abad keenam dan ketujuh
Pada periode ini muncul kembali tokoh-tokoh sufi yang memadukan tasawuf
dengan filsafat dengan teori-teori yang tidak murni tasawuf dan juga tidak
murni filsafat yang kemudian dinamai tasawuf falsafi. Diantara tokohnya adalah
Ibnu Farabi, Ibnu Farid, Suhrawardi Al- Maqtul, dll. Dalam aliran ini berkembang aliran panteisme
yang mengarahkan tasawuf kearah kebersatuan makhluk dengan swt. Perhatian mereka tidak tertuju kepada
selain taraf transendensi ini, sementara sisi-sisi praktis nyaris terabaikan.
Dengan lahirnya aliran ini tasawuf terbagi dua yaitu tasawuf sunni yang
dikembangkan Al-Ghazali dan tasawuf falsafi yang menggabungkan tasawuf dengan
filsafat dan unsur-unsur mistik lainnya.
Selain itu
juga muncul cikal-bakal tarekat sufi kenamaan. Tarekat yang terkenal yang lahir
dan berkembang sampai sekarang antara lain, tarekat qadariyah yang dipelopori
oleh Abdul Qadir Al-Jaelani, tarekat naqsabandiyah dicetuskan oleh Muhammad Bin
Bahaudin Al-Uwaisy Al-Bukhari, tarekat suhrawardiyyah oleh Suhrawardi Al-
Maqtul dan tarekat badawiyyah yang dikaitkan pada Ahmad Al-Badawi.
e. Abad Kedelapan Dan Seterusnya
Pada abad ke delapan, tasawuf telah mengalami
kemunduran, hal ini karena kegiatan orang-orang yang berkecimpung dalam bidang
tasawuf sudah terbatas pada komentar-komentar atau meringkas buku-buku tasawuf
terdahulu serta memfokuskan perhatian pada aspek-aspek praktik ritual yang
lebih berbentuk formalitas sehingga semakin jauh dari substansi tasawuf.
Pada periode ini, hampir tidak terdengar lagi
perkembangan pemikiran baru dalam tasawuf meskipun banyak tokoh sufi yang
mengemukakan pikiran-pikiran tentang tasawuf. Di antaranya seperti Al-Kisani
dan Abdul Karim Al-Jilli. Diantara sebab lain kemunduran adalah kebekuan
pemikiran serta spiritualitas yang kering melanda dunia islam semenjak masa-masa
akhir dinasti Umayyah.
BAB
III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Tasawuf adalah ilmu yang memuat cara
tingkah laku atau amalan-amalan yang bertujuan untuk mendekatkan diri
kepada atau berhubungan denganNya. Lahirnya tasawuf sebagai fenomena ajaran islam yang
diawali dengan ketidakpuasan terhadap praktik ajaran islam yang cenderung
formalism dan legalisme. Selain itu tasawuf disebut juga gerakan moral ( kritik ) terhadap
ketimpangan sosial,
politik, moral dan ekonomi yang dilakukan oleh kalangan penguasa.
Akhlak tasawuf pertama kali dicontohkan
oleh nabi muhammad saw dalam kehidupannya sehari-hari misalnya tidak
mementingkan kemewahan materi, tetapi lebih mementingkan kekayaan mental
spiritual atau mementingkan akhirat. Dalam perkembangan sejarah ada salah
seorang sahabat yang secara khusus memahami, menghayati, dan mengamalkan
ajaran-ajaran yang dicontohkan oleh rasulullah, Sahabat tersebut adalah
Hudzaifal Al-Yamani.
Dalam sejarah perkembangannya, para ahli
membagi tasawuf menjadi dua yaitu tasawuf akhlaki dan tasawuf falsafi. Tasawuf
ahlaki yaitu tasawuf yang banyak
dikembangkan oleh kaum salaf yang lebih senang menyendiri dan berdzikir, karena
mengarah pada teori-teori perilaku dan akhlak atau budi pekerti. Sedangka tasawuf falsafi yaitu tasawuf yang didasarkan
pada gabungan teori-teori tasawuf dan filsafat. Para sufi yang terlibat dalam
aliran ini lebih banyak mengeluarkan pemikiran yang berkaitan dengan persatuan
manusia dan tuhan. Tasawuf ini
lebih
banyak merasionalkan tindakan moralnya Dan banyak dikembangkan oleh kaum sufi yang berlatar
belakang filsuf.
DAFTAR
PUSTAKA
Amin, Samsul
Munir. Ilmu Tasawuf. Jakarta: Amzah, 2012.
Rusli, Ris’an.
Tasawuf dan Tarekat. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2013.
Valiudin, Mir. Tasawuf Dalam
Qur’an. Jakarta : Pustaka Firdaus, 1987.
Siregar, Rivay. Tasawuf:
Dari Sufisme Klasik Ke Neo-Sufisme. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 1999.
Rif’i, A. Bachrun, Hasan Mud’is,
Filsafat Tasawuf, Bandung : Pustaka Setia, 2010.
[3] Ibid., 7-9.
[4] Samsul Munir Amin.
Hal 9.
[6] Samsul Munir Amin.
Hal .94
[7] Ibid. Hal. 97
[8] Ibid. Hal. 117
[9] Rivay Siregar. Tasawuf:
dari sufisme klasik ke Neo-Sufisme. (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada),
1999. Hal 57-58.
[11] Samsul Munir Amin,
Hal. 122
[12] A. Bachrun Rif’i,
Hasan Mud’is, hal. 76
[13] Samsul Munir Amin,
hal. 132-133
0 komentar:
Posting Komentar