Kamis, 04 Desember 2014

pengertian bakat dan pengaruhnya terhadap proses pembelajaran anak


BAB I
PENDAHULUAN
A.      Latar belakang
 Anak adalah titipan Tuhan yang harus kita jaga dan kita didik agar ia menjadi manusia yang berguna dan tidak menyusahkan siapa saja. Secara umum anak mempunyai hak dan kesempatan untuk berkembang sesuai potensinya terutama dalam bidang pendidikan. Namun seringkali kita melihat perkembangan prestasi anak yang ternyata tergolong memiliki bakat istimewa. Setiap individu hendaknya mendapat kesempatan dan pelayanan untuk berkembang secara optimal sesuai dengan kemampuan, kecerdasan, bakat dan minatnya. Namun bakat anak ini tidak bisa langsung terlihat begitu saja. Oleh karena itu orang tua harus mengenali dan memahami bakat yang dimiliki anaknya. Dengan memahami bakat anak, akan lebih mudah bagi orang tua atau pendidik dalam mengembangkan potensi anak.
Dalam makalah ini akan kami jelaskan tentang pengertian bakat, faktor-faktor yang berhubungan dengan bakat, pengaruh bakat terhadap prestasi belajar siswa dan bagaimana peran bakat dalam proses pembelajaran. Semoga makalah ini bermanfaat bagi penulis khususnya dan pembaca pada umumnya.
B.       Rumusan masalah
Makalah ini akan membahas hal-hal yang terkait dengan bakat anak dalam proses pembelajaran. Secara  rinci masalah yang akan dibahas adalah sebagai berikut :
1.      Apa yang dimaksud dengan bakat ?
2.      Siapa saja tokoh atau para ahli dalam bidang bakat ?
3.      Bagaimana ciri-ciri anak yang memiliki bakat ?
4.      Bagaimana faktor-faktor yang mempengaruhi bakat berdasarkan teori ?
5.      Bagaimana peran bakat dalam proses pembelajaran ?


BAB II
PEMBAHASAN
A.      Pengertian Bakat
 Bakat adalah suatu kecakapan khusus yang dimiliki oleh individu. Bakat merupakan kualitas yang dimiliki individu yang menunjukkan perbedaan tingkat antara individu yang satu dan individu yang lain dalam suatu bidang tertentu.[1] Bakat juga merupakan kemampuan individu untuk mengembangkan kecakapan-kecakapan tertentu seperti musik, melukis, dll.
Bakat adalah suatu kondisi pada seseorang yang memungkinkannya dengan latihan khusus mencapai suatu kecakapan, pengetahuan, keterampilan khusus. Misalnya, berupa kemampuan berbahasa, kemampuan bermain musik, dll. Seorang yang berbakat musik, misalnya, dengan latihan yang sama dengan orang lain yang tidak berbakat musik, akan lebih cepat menguasai keterampilan tersebut. Jadi, suatu kondisi yang khusus pada seseorang berupa suatu potensi disertai latihan atau belajar, dapat mengembangkan suatu kemahiran tertentu yang biasanya sifatnya khusus. Maka seseorang yang memiliki bakat berupa potensi musik, bila ia belajar musik akan lebih cepat mahir dibandingkan dengan orang lain yang tidak mempunyai potensi musik. Potensi adalah gaya yang tersedia pada seseorang yang memungkinkan berkembangnya ciri-ciri tertentu, daya ini sudah ada sejak lahir, atau dibawa sejak lahir. [2]
Bakat adalah semacam perasaan dan perhatian, ia merupakan salah satu metode pikir. Bakat itu menjadi jelas karena pengalaman, akan tetapi kita hanya condong kepada sebagian saja dari sekumpulan aspek-aspek kegiatan yang kita alami dan lakukan. Terbentuknya bakat manusia terhadap macam-macam kegiatan yang dilakukannya atau tidak terbentuknya bakat itu ditentukan oleh banyak faktor. Sering kali bakat dan kemampuan berjalan seiring, hanya saja ada keadaan-keadaan dimana keduanya muncul serentak. Jadi kemampuan dan bakat adalah dua faktor yang berbeda dan terpisah antara satu bidang dengan bidang yang lainnya.[3]  
Menurut M. Ngalim Purwanto dalam bukunya Psikologi Pendidikan disebutkan bahwa kata bakat lebih dekat pengertiannya dengan kata aptitude yang berarti kecakapan pembawaan, yaitu yang mengenai kesanggupan-kesanggupan (potensi-potensi) yang tertentu.[4]
Bakat (aptitude) mengandung makna kemampuan bawaan yang merupakan potensi (potential ability) yang masih perlu pengembangan dan latihan lebih lanjut. Karena sifatnya yang masih bersifat potensial atau masih laten, maka bakat masih memerlukan ikhtiar pengembangan dan pelatihan secara serius dan sistematis agar dapat terwujud. [5]   
Menurut S.C.Utami Munandar (1985) Bakat (aptitude) pada umumnya diartikan sebagai kemampuan bawaan, sebagai potensi yang masih perlu di kembangkan dan dilatih agar dapat terwujud. Berbeda dengan bakat, “kemampuan” merupakan daya untuk melakukan suatu tindakan sebagai hasil dari pembawaan dan latihan.[6] Kemampuan menunjukkan suatu tindakan  (performance) dapat di lakukan sekarang, sedangkan bakat memerlukan latihan dan pendidikan agar suatu tindakan dapat di lakukan di masa yang akan datang.[7]  
Fudyartanta mendefinisikan bakat sebagai Suatu kondisi yang yang memungkinkan individu untuk memperoleh dengan beberapa pelatihan (biasanya ditentukan) pengetahuan, keterampilan atau serangkaian respon. [8]
Berdasarkan semua pendapat diatas dapat diambil kesimpulan bahwa bakat adalah suatu kecakapan khusus yang dimiliki oleh individu, sebagai potensi yang masih perlu di kembangkan dan dilatih agar dapat terwujud.
Menurut Rahayu ada dua jenis bakat, yaitu diantaranya[9]:
  1. Bakat umum yaitu merupakan kemampuan yang berupa potensi dasar yang bersifat umum, artinya setiap orang memiliki.
  2. Bakat khusus yaitu merupakan kemampuan yang berupa potensi khusus, artinya tidak semua orang memiliki misalnya bakat seni, memimpin, berceramah, olahraga.
B.       Pendapat para ahli tentang bakat
1.      Frank S. Freeman mengatakan bahwa :”an aptitude is a combination characteristics indicative an individual’s capacity to acquire (with training) some specific knowledge, skill, or set of organized respones, such as the ability to speak a language, to become a musician, to do mechanical work”.[10] (bakat adalah kemampuan kombinasi karakteristik indikatif individu untuk memperoleh (dengan pelatihan) pengetahuan khusus, keterampilan, atau set respones terorganisir, seperti kemampuan untuk berbicara bahasa, untuk menjadi seorang musisi, untuk melakukan kerja mekanik)  
2.      Menurut pandangan Bigham, bakat adalah: ....”a condition or set characteristics regarded as symptomatic of an individual ability to acquired, with training some (usually specified) knowledge, skill or set of responses[11]... (kondisi atau sifat-sifat yang dianggap sebagai tanda kemampuan individu untuk menerima latihan, atau seperangkat respon seperti kemampuan berbahasa, musik, dan sebagainya).
3.      Branca juga mendefinisikan bakat sebagai :..an aptitude is an ability that is regarded as an indication of how well individual can learn with training and practice, some particular skill or knowledge.[12] (bakat adalah kemampuan yang dianggap sebagai indikasi seberapa baik individu dapat belajar dengan pelatihan dan praktek, beberapa keterampilan tertentu atau pengetahuan )
4.      R. S. Chauhan mendefinisikan bakat yaitu an aptitude is an combination of acquire some characteristics indivicative of an individual’s capacity to acquire some specific knowledge, skill, or set of organized respones, such as the ability to become an artist or to be a mechanic..aptitude means an individual’s aptitude fir a given  type of activity, the capacity to acquire proficiency under appropriate condition’s, that is his potentialities at present as revealed by his performance on selected tests have predicted value.[13] (bakat adalah kombinasi memperoleh beberapa karakteristik menunjukkan kemampuan individu untuk memperoleh pengetahuan khusus, keterampilan, atau serangkaian respon yang terorganisir, seperti kemampuan untuk menjadi seorang seniman atau menjadi mechanic..aptitude berarti bakat individu untuk nilai yang diberikan jenis kegiatan, kapasitas untuk memperoleh kemahiran dalam kondisi yang tepat itu, yang potensinya saat ini seperti diungkapkan oleh penampilannya pada tes yang dipilih telah diprediksi).
5.      Menurut W. B Michael sebagaimana dikutib oleh Agung Hartono dan Sunarto mendefinisikan bakat  sebagai suatu  kapasitas atau potensi yang belum dipengaruhi oleh pengalaman atau belajar, bakat berkenaan dengan kemungkinan menguasai sesuatu pola tingkah laku dalam aspek kehidupan tertentu.[14]  
6.       Guillford memberikan definisi sedikit berbeda sebagaimana dikutib oleh Nana Syaodih Sukmadinata. Menurutnya bakat banyak sekali, sebanyak perbuatan atau aktivitas individu. Ada tiga komponen dari bakat menurut Guillford, yaitu komponen: Intelektual, perseptual dan psikomotor. Komponen intelektual terdiri atas beberapa aspek, yaitu aspek pengenalan, ingatan, dan evaluasi. Komponen perseptual juga meliputi beberapa aspek, yaitu pemusatan perhatian, ketajaman indra, orientasi ruang dan waktu, keluasan dan dan kecepatan mempersepsi. Komponen psikomotor terdiri atas aspek-aspek rangsangan, kekuatan dan kecepatan gerak, ketepatan, koordinasi gerak dan kelenturan. [15]
7.      Crow & Crow mengatakan bahwa : “Talent is a quality that appears on human behavior in the field divulging certain skills such as music, art fabricate, proficiency in mathematics, expertise in the field of machine, or other skills[16]. (Bakat adalah suatu kualitas yang Nampak pada tingkah laku manusia pada suatu lapangan keahlian tertentu seperti music, seni mengarang, kecakapan dalam matematika, keahlian dalam bidang mesin, atau keahlian-keahlian lainnya).
8.      Woodworth dan Marquis memberikan definisi demikian: “aptitude is predictable achievement and can be measured by specially devised test”.[17] (bakat adalah prestasi diprediksi dan dapat diukur dengan tes yang dirancang khusus).
C.      Bagaimana ciri-ciri anak yang memiliki bakat
 Banyak ahli telah menyusun daftar ciri-ciri anak berbakat yang bervariasi baik dalam jumlah maupun isi. Ini tidak berarti anak berbakat memiliki semua ciri-ciri tersebut, sebab setiap individu itu unik dan tidak ada dua  kepribadian yang persis sama. Walaupun demikian, ada beberapa kecenderungan atau ciri-ciri umum yang sama pada mereka.
Vernon berpendapat meskipun perkembangan fisik dan motorik tidak jelas merupakan tanda dari keunggulan mental, anak-anak yang berbakat sekurang-kurangnya normal dalam perkembangan fisik dan motorik.[18]
Parker menjelaskan sebagaimana yang dikutib oleh Alex Sobur mengatakan bahwa, anak-anak berbakat sejak kecil lebih aktif dan menaruh perhatian terhadap lingkungan. Walaupun pengecualian-pengecualian selalu ada. Misalnya beberapa anak berbakat, lambat dalam perkembangan motorik.[19]
Renzulli dan kawan-kawan berdasarkan hasil penelitiannya berpendapat bahwa yang menentukan bakat seseorang pada pokoknya merujuk pada tiga kelompok ciri-ciri yaitu[20]:
1.      Kemampuannya diatas rata-rata.
2.      Memiliki kreativitas.
3.      Bertanggung jawab terhadap tugas.
Ellen Winner seorang pakar dibidang kreativitas dan anak berbakat, ada 3 kriteria menjadi ciri anak berbakat:[21]
  1. Dewasa lebih dini (precocity). Anak berbakat adalah anak yang dewasa sebelum waktunya apabila diberi kesempatan untuk menggunakan bakat dan talenta mereka. Mereka cenderung mudah menguasai suatu hal sesuai dengan bakatnya.
  2. Belajar menuruti kemauan mereka sendiri. Anak berbakat belajar secara berbeda dengan orang lain yang tak berbakat. Tidak membutuhkan banyak dukungan atau scaffolding dari orang dewasa.
  3. Semangat untuk menguasai. Anak yang berbakat tertarik untuk memahami bidang yang menjadi bakat mereka. Memperlihatkan minat yang besar dan obsesif, kemampuan kuat dan fokus. Motivasi internal yang kuat.
 R. A. Martison dalam bukunya The Identification Of The Gifted And Talented, merinci  ciri-ciri anak berbakat sebagai berikut [22]:
1.      membaca pada usia yang relatif lebih muda.
2.      Membaca lebih cepat dan lebih banyak.
3.      Memiliki pembendaharaan kata yang luas.
4.      Bisa memberikan banyak gagasan.
5.      Berfikir kritis, juga terhadap diri sendiri.
6.      Senang mencoba hal-hal baru.
7.      Tidak cepat puas dengan prestasinya.
8.      Berperilaku terarah pada tujuan.
9.      Terbuka terhadap rangsangan dari luar.
10.  Dll.
 S.C. Munandar  juga menyebutkan tentang ciri anak berbakat diantaranya adalah sebagai berikut  :[23]
1.      Dimensi ciri-ciri intelektual
a.       Mudah menangkap pelajaran
b.      Ingatan baik.
c.       Penalaran tajam( berfikir logis-kritis, memahami hubungan sebab akibat)
d.      Daya konsentrasi baik (perhatian tidak mudah teralihkan).
e.       Menguasai banyak bahan tentang macam-macam topik.
f.       Pengamatan cermat.
2.      Dimensi ciri-ciri kreativitas
a.       Dorongan ingin tahu besar.
b.      Sering mengajukan pertanyaan yang baik.
c.       Memberikan banyak gagasan dan usul terhadap suatu masalah.
d.      Mempunyai pendapat sendiri dan dapat mengungkapkannya serta tidak mudah terpengaruh orang lain.
e.       Rasa humor tinggi.
f.       Senang mencoba hal baru.
  1. Dimensi ciri-ciri motivasi
a.       Tekun terhadap tugas (dapat bekerja terus menerus dalam waktu yang lama, tidak terhenti sebelum selesai).
b.      Ulet menghadapi kesulitan.
c.       Tidak memerlukan dorongan dari luar untuk berprestasi.
d.      Menunjukkan minat terhadap macam-macam masalah.
e.       Senang mencari dan memecahkan suatu permasalahan.
D.      Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Bakat Seseorang Berdasarkan Teori
 Para ahli sepakat bahwa berkembang tidaknya suatu bakat ditentukan oleh beberapa faktor diantaranya adalah sebagai berikut[24] :
1.    Pengaruh Pembawaan (Teori Nativisme)
Pembawaan adalah seluruh  potensi atau kemungkinan  yang terkandung dalam sel benih yang akan berkembang mencapai perwujudannya. Manusia sejak lahir telah mempunyai kesanggupan untuk dapat berjalan, mempunyai potensi untuk berkata-kata dan lain-lain. Kesanggupan untuk dapat berjalan atau bercakap yang dimiliki individu akan berkembang seiring dengan kematangan yang terjadi pada individu tersebut. [25] 
Teori nativisme dipelopori oleh Schopenhover, yang mengatakan bahwa bahwa berkembangnya manusia sangat tergantung dari pembawaan bukan dipengaruhi oleh orang lain, lingkungan, budaya atau pendidikan. Manusia yang memiliki pembawaan pandai akan menjadi manusia yang pintar sedangkan manusia yang memiliki pembawaan bodoh maka akan menjadi bodoh. Menurut teori ini lingkungan tidak memiliki pengaruh apa-apa terhadap perkembangan yang dialami manusia. Apa yang diucapkan dan apa yang dipikirkan merupakan potensi yang dibawa sejak lahir. [26]
 Dalam mengembangkan potensi sejak lahir ini yang diperlukan adalah latihan dan minat anak tersebut terhadap suatu pelajaran. Jika anak tersebut memiliki bakat dalam bidang matematika, dia harus latihan mengerjakan soal-soal, kursus matematika, menghafal rumus dan sebagainya.
2.      Pengaruh  Lingkungan (Teori Empirisme)
Teori ini dipelopori oleh John Locke yang mengatakan bahwa bayi ketika lahir itu ibarat kain putih yang belum ternoda dan baik buruknya perkembangannya itu sangat tergantung dari lingkungan dan kebudayaan yang ditempatinya. Menurut teori ini pembawaan tidak memiliki pengaruh apa-apa dalam perkembangan anak, jadi baik buruknya anak tergantung pada  baik buruknya pendidikan yang diterima anak tersebut baik disekolah, dirumah, dll. Keluarga merupakan  media pertama anak dalam memperoleh pengetahuan dan pembelajaran.[27]
Oleh karena itu orang tua harus mengajarkan yang baik kepada agar anak mempunyai dasar perilaku yang baik sehingga mempunyai bekal dalam berinteraksi dengan lingkungan yang ditempatinya, seperti lingkungan sekolah dan lingkungan masyarakat.
Menurut teori ini anak harus dapat beradaptasi dengan lingkungannya agar dapat saling berinteraksi satu sama lain. Dengan interaksi akan membuat anak dapat memperoleh banyak informasi baik dari  teman, tetangga atau yang lainnya. Faktor lingkungan sangat berpengaruh terutama dalam membentuk watak dan karakter anak dalam bertingkah laku. Seperti anak yang sekolah di sekolah favorit, dia akan selalu giat belajar agar tidak tertinggal dengan teman sekelasnya atau bahkan ingin menjadi yang terbaik di kelasnya. Sebaliknya jika anak tersebut sekolah disekolah yang anak-anaknya nakal atau pemalas akan membuat dia terpengaruh sifat malas karena sering bergaul dengan anak yang malas tersebut,  Sehingga semangat belajar mereka pun turun. Oleh karena itu anak harus pandai-pandai memilih pengaruh positif yang terbaik bagi diri sendiri dan orang lain serta meninggalkan sifat negatif agar dapat mengeluarkan semua potensi yang ia miliki.
3.      Teori  Konvergensi
Teori ini dipelopori oleh William Stern yang merupakan perpaduan antara teori nativisme dengan teori empirisme. Teori ini menyatakan bahwa pertumbuhan dan perkembangan manusia tergantung dari dua faktor yakni pembawaan atau bakat dan lingkungan atau sekolahan. Toeri ini mengakui bahwa manusia sejak lahir sudah mempunyai bakat atau potensi dasar yang dapat dikembangkan namun proses perkembangannya tersebut sangat bergantung dari lingkungan yang ditempatinya, seperti lingkungan keluarga, sekolah dan masyarakat.[28]
Jadi untuk mengembangkan potensi manusia menurut teori ini adalah menggabungan antara pembawaan dan interaksi anak dalam lingkungan.  Sehingga anak yang terlahir cerdas akan bertambah cerdas jika bergaul dengan lingkungannya, sebaliknya jika tidak bergaul dengan lingkungan kecerdasan tersebut akan tetap atau tidak berkembang.
                         Misalnya seorang anak yang lahir dengan membawa potensi pandai, kepandaiannya itu akan bartambah jika ia mau berinteraksi dengan temannya baik disekolah maupun di masyarakat. Sebaliknya jika anak tersebut tidak bergaul atau tidak berinteraksi dengan teman atau warga masyarakat disekitarnya maka kepandaiannya itu akan tetap atau tidak bertambah.
E.       Peran Bakat Dalam Proses Pembelajaran
 Dalam sebuah jurnal disebutkan bahwa anak yang berbakat cenderung  berprestasi tinggi dibandingkan anak-anak lainnya dalam proses pembelajaran. Sebuah sintesis penelitian tentang Gifted Learning Styles  menunjukkan bahwa pelajar yang berbakat secara signifikan lebih cenderung lebih suka belajar mandiri, bila dibandingkan dengan peserta didik biasa. Belajar mandiri pada pembelajaran berbakat berdampak pada pertumbuhan kemandirian, kemampuan untuk mengidentifikasi topik dengan jelas, meningkatkan berpikir kritis dan kreatifitas berpikir.[29] Dengan bakat yang dimiliki anak akan lebih mudah memahami apa yang disampaikan guru dan dapat merespon dengan baik terhadap pertanyaan atau permasalahan yang dihadapinya.
Berdasarkan penelitian diatas dapat disimpulkan bahwa bakat memberi pengaruh terhadap keaktifan anak dalam menanggapi suatu persoalan. Anak yang berbakat cenderung lebih mudah memahami dibanding anak lain yang biasa-biasa  saja. Anak yang memiliki bakat dalam bidang musik, akan lebih mudah mempelajari musik dan anak yang berbakat dalam bidang matematika akan lebih cepat memahami dibanding anak lainnya.










BAB III
PENUTUP
A.      Kesimpulan
Bakat adalah suatu kecakapan khusus yang dimiliki oleh individu, sebagai potensi yang masih perlu di kembangkan dan dilatih agar dapat terwujud.  Bakat dibagi dua yaitu Bakat umum yaitu merupakan kemampuan yang berupa potensi dasar yang bersifat umum, artinya setiap orang memiliki dan Bakat khusus yaitu merupakan kemampuan yang berupa potensi khusus, artinya tidak semua orang memiliki misalnya bakat seni, memimpin, berceramah, olahraga.
 Parker menjelaskan bahwa, anak-anak berbakat sejak kecil lebih aktif dan menaruh perhatian terhadap lingkungan. Walaupun pengecualian-pengecualian selalu ada. Misalnya beberapa anak berbakat, lambat dalam perkembangan motorik.  Renzulli dan kawan-kawan berdasarkan hasil penelitiannya berpendapat bahwa yang menentukan bakat seseorang pada pokoknya merujuk pada tiga kelompok ciri-ciri yaitu: mempunyai Kemampuannya diatas rata-rata, Memiliki kreativitas dan Bertanggung jawab terhadap tugas.
Dalam perkembangannya bakat dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain: pertama,  pengaruh Pembawaan. Kedua, pengaruh Lingkungan. Ketiga, Pengaruh pembawaan dan lingkunga atau konvergensi.
Dalam sebuah jurnal disebutkan bahwa anak yang berbakat cenderung  berprestasi tinggi dibandingkan anak-anak lainnya dalam proses pembelajaran. Dengan bakat yang dimiliki anak akan lebih mudah memahami apa yang disampaikan guru dan dapat merespon dengan baik terhadap pertanyaan atau permasalahan yang dihadapinya.





DAFTAR PUSTAKA
Branca, Albert A. Psychology The Scienceof Behavior. New York: Allyn And Bacon Inc. 1965.
Chauhan, R. S. Advanced Educational Psychological. New Delhi: Vikas Publishing House Pvt. Ltd. 1979.
Crow, Lester D. And Alice Crow.  Educational Psychology. New York: American Book Company. 1958.
Efendi, E. Usman Dan Juhaya S. Praja. Pengantar Psikologi. Bandung: Margacinta. 2012.
F, S. Freman. Theory And Practice Of Psychological Testing, Third Edition. New Delhi: Oxford And Lbh Publising Co. 1976.
Fudyartanta.  Tes Bakat Dan Perskalaan Kecerdasan. Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2004.
Hartono, B. Agung dan Sunarto. Perkembangan Peserta Didik. Jakarta: Rineka Cipta. 2006.
Journal. Karen B. Rogers. Lessons Learned About Educating the Gifted and Talented: A Synthesis of the Research on Educational Practice. 2007.
Martinson, R. A. The Identification Of The Gifted And Talented.  Calivornia: Venture. 1974.
Munandar, S.C. Utami. Mengembangkan Bakat dan Kreativitas anak sekolah. Jakarta:  Gramedia. 1985.
Mudzakir, Ahmad dan  Joko Sutrisno. Psikologi Pendidikan.  Bandung : CV. Pustaka Setia. 1997.
Padil, Moh dan Triyo Suprayitno. Sosiologi Pendidikan. Malang : Uin-Maliki Press. 2010.
P, E. Vernon, et al. The Psychology And Education Of Gifted Childern. London: Methuen And CO. 1997.
Purwanto, M. Ngalim. Psikologi Pendidikan. Bandung : PT Remaja Rosdakarya. 2007.
Santrock,  J. W. Psikologi Pendidikan. Jakarta: Prenada Media Group.  2011.
Semiawan, Conny. et al, Memupuk Bakat Dan Kreativitas Siswa Sekolah Menengah: Petunjuk Bagi Guru Dan Orang Tua.  Jakarta: PT. Gramedia. 1984.
Sobur, Alex.  Psikologi Pendidikan. Bandung: Pustaka Setia. 2003.
Sukmadinata, Nana Syaodih. Landasan Psikologi Proses Pendidikan. Bandung: Remaja Rosdakarya. 2005.
Suryabrata, Sumadi. Psikologi Pendidikan. Cet. 6. Jakarta : Raja Grafindo Persada. 1993.
Syah, Muhibbin. Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru. Bandung: PT Remaja Rosdakarya. 2010.
Wijaya, Juhana. Psikologi Bimbingan. Cet.1. Bandung:  PT. Eresco. 1988.
Woodworth, R. S. And Marquis. Psychology.  New York: Henry Haltz And Co.  1957.  


[1] E. Usman Efendi Dan Juhaya S. Praja, Pengantar Psikologi, ( Bandung: Margacinta, 2012), 95.
[2] Juhana Wijaya, Psikologi Bimbingan, Cet.1, (Bandung:  PT Eresco, 1988),  66-67.
[3]  Sumadi Suryabrata, Psikologi Pendidikan, Cet. 6, (Jakarta : Raja Grafindo Persada, 1993),  170.
[4]  M. Ngalim Purwanto, Psikologi Pendidikan, (Bandung : PT Remaja Rosdakarya, 2007),  25.
[5] S.C. Utami Munandar, Mengembangkan Bakat dan Kreativitas anak sekolah, (Jakarta:  Gramedia, 1985), 85.
[6]  Ibid.,83.
[7]  Alex Sobur, Psikologi Pendidikan, (Bandung: Pustaka Setia, 2003), 180.
[8]  Fudyartanta, Tes Bakat Dan Perskalaan Kecerdasan, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2004), 3.
[9] Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2010), 67.
[10] Freman. F.S, Theory And Practice Of Psychological Testing, Third Edition, (New Delhi: Oxford And Lbh Publising Co, 1976), 431.
[11] Bingham W Van D. Aptitude and Aptitude Testing, (New York: Harper, 1937). 87.
[12]Albert A. Branca, Psychology The Scienceof Behavior, (New York: Allyn And Bacon  Inc, 1965), 98.
[13] R. S. Chauhan, Advanced Educational Psychological, ( New Delhi: Vikas Publishing House Pvt. Ltd, 1979), 308-309.
[14]B. Agung Hartono dan Sunarto. Perkembangan Peserta Didik.. (Jakarta: Rineka Cipta. 2006), 78.
[15] Nana Syaodih Sukmadinata, Landasan Psikologi Proses Pendidikan (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2005) , 101.
[16] Lester D. Crow And Alice Crow, Educational Psychology, ( New York: American Book Company, 1958), 151.
[17] R. S. Woodworth And Marquis, Psychology, ( New York: Henry Haltz And Co, 1957), 58.
[18] Vernon, P.E., et al., The Psychology And Education Of Gifted Childern,( London: Methuen And CO.,1997). 76.
[19] Alex Sobur, 185.
[20] Conny Semiawan, et al, Memupuk Bakat Dan Kreativitas Siswa Sekolah Menengah, Petunjuk Bagi Guru Dan Orang Tua, ( Jakarta: PT. Gramedia, 1984), 87.
[21] J. W. Santrock,  Psikologi Pendidikan, ( Jakarta: Prenada Media Group,  2011.), 21.
[22] R. A. Martinson, The Identification Of The Gifted And Talented,( Calivornia: Venture, 1974), 45.
[23] S.C. Munandar, 86.
[24] Moh. Padil dan Triyo Suprayitno, Sosiologi Pendidikan, (Malang : Uin-Maliki Press, 2010), 73.
[25] Ahmad Mudzakir dan  Joko Sutrisno, Psikologi Pendidikan, ( Bandung : CV. Pustaka Setia, 1997), 93.
[26] Moh. Padil, 74.
[27] Ibid.,75.
[28]  Ibid.,77.
[29] Karen B. Rogers, Lessons Learned About Educating the Gifted and Talented: A Synthesis of the Research on Educational Practice, 2007. 35.

0 komentar:

Posting Komentar

GUDANG ILMU © 2008 Template by:
SkinCorner