BAB
I
PENDAHULUAN
A. Latar
belakang
Anak adalah titipan Tuhan yang harus
kita jaga dan kita didik agar ia menjadi manusia yang berguna dan tidak
menyusahkan siapa saja. Secara umum anak mempunyai hak dan kesempatan untuk
berkembang sesuai potensinya terutama dalam bidang pendidikan. Namun seringkali
kita melihat perkembangan prestasi anak yang ternyata tergolong memiliki bakat
istimewa. Setiap individu hendaknya mendapat kesempatan dan pelayanan untuk
berkembang secara optimal sesuai dengan kemampuan, kecerdasan, bakat dan
minatnya. Namun bakat anak ini tidak bisa langsung terlihat begitu saja. Oleh
karena itu orang tua harus mengenali dan memahami bakat yang dimiliki anaknya.
Dengan memahami bakat anak, akan lebih mudah bagi orang tua atau pendidik dalam
mengembangkan potensi anak.
Dalam
makalah ini akan kami jelaskan tentang pengertian bakat, faktor-faktor yang berhubungan
dengan bakat, pengaruh bakat terhadap prestasi belajar siswa dan bagaimana
peran bakat dalam proses pembelajaran. Semoga makalah ini bermanfaat bagi
penulis khususnya dan pembaca pada umumnya.
B. Rumusan
masalah
Makalah
ini akan membahas hal-hal yang terkait dengan bakat anak dalam proses
pembelajaran. Secara rinci masalah yang
akan dibahas adalah sebagai berikut :
1. Apa
yang dimaksud dengan bakat ?
2. Siapa
saja tokoh atau para ahli dalam bidang bakat ?
3. Bagaimana
ciri-ciri anak yang memiliki bakat ?
4. Bagaimana faktor-faktor yang
mempengaruhi bakat berdasarkan
teori ?
5. Bagaimana
peran bakat dalam proses pembelajaran ?
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian
Bakat
Bakat adalah
suatu kecakapan khusus yang dimiliki oleh individu. Bakat merupakan kualitas
yang dimiliki individu yang menunjukkan perbedaan tingkat antara individu yang
satu dan individu yang lain dalam suatu bidang tertentu.[1]
Bakat juga merupakan kemampuan individu untuk mengembangkan kecakapan-kecakapan
tertentu seperti musik, melukis, dll.
Bakat adalah suatu kondisi pada seseorang yang
memungkinkannya dengan latihan khusus mencapai suatu kecakapan, pengetahuan,
keterampilan khusus. Misalnya, berupa kemampuan berbahasa, kemampuan bermain
musik, dll. Seorang yang berbakat musik, misalnya, dengan latihan yang sama
dengan orang lain yang tidak berbakat musik, akan lebih cepat menguasai
keterampilan tersebut. Jadi, suatu kondisi yang khusus pada seseorang berupa
suatu potensi disertai latihan atau belajar, dapat mengembangkan suatu
kemahiran tertentu yang biasanya sifatnya khusus. Maka seseorang yang memiliki bakat berupa potensi musik, bila ia belajar musik akan lebih
cepat mahir dibandingkan dengan orang lain yang tidak mempunyai potensi musik. Potensi adalah gaya yang tersedia pada seseorang yang memungkinkan
berkembangnya ciri-ciri tertentu, daya ini sudah ada sejak lahir, atau dibawa
sejak lahir. [2]
Bakat adalah semacam perasaan dan perhatian, ia
merupakan salah satu metode pikir. Bakat itu menjadi jelas karena pengalaman,
akan tetapi kita hanya condong kepada sebagian saja dari sekumpulan aspek-aspek
kegiatan yang kita alami dan lakukan. Terbentuknya bakat manusia terhadap
macam-macam kegiatan yang dilakukannya atau tidak terbentuknya bakat itu
ditentukan oleh banyak faktor. Sering kali bakat dan kemampuan berjalan
seiring, hanya saja ada keadaan-keadaan dimana keduanya muncul serentak. Jadi
kemampuan dan bakat adalah dua faktor yang berbeda dan terpisah antara satu
bidang dengan bidang yang lainnya.[3]
Menurut M. Ngalim Purwanto dalam bukunya
Psikologi Pendidikan disebutkan bahwa kata bakat lebih dekat
pengertiannya dengan kata aptitude yang berarti kecakapan pembawaan,
yaitu yang mengenai kesanggupan-kesanggupan (potensi-potensi) yang tertentu.[4]
Bakat (aptitude) mengandung makna kemampuan bawaan
yang merupakan potensi (potential ability) yang masih perlu pengembangan dan
latihan lebih lanjut. Karena sifatnya yang masih bersifat potensial atau masih
laten, maka bakat masih memerlukan ikhtiar pengembangan dan pelatihan secara
serius dan sistematis agar dapat terwujud. [5]
Menurut
S.C.Utami Munandar (1985) Bakat (aptitude) pada umumnya diartikan sebagai
kemampuan bawaan, sebagai potensi yang masih perlu di kembangkan dan dilatih
agar dapat terwujud. Berbeda dengan bakat, “kemampuan” merupakan daya untuk
melakukan suatu tindakan sebagai hasil dari pembawaan dan latihan.[6]
Kemampuan menunjukkan suatu tindakan (performance) dapat di lakukan sekarang, sedangkan
bakat memerlukan latihan dan pendidikan agar suatu tindakan dapat di lakukan di
masa yang akan datang.[7]
Fudyartanta
mendefinisikan bakat sebagai Suatu kondisi yang yang memungkinkan individu untuk memperoleh dengan beberapa
pelatihan (biasanya ditentukan) pengetahuan,
keterampilan atau serangkaian respon. [8]
Berdasarkan
semua pendapat diatas dapat diambil kesimpulan bahwa bakat adalah suatu
kecakapan khusus yang dimiliki oleh individu, sebagai
potensi yang masih perlu di kembangkan dan dilatih agar dapat terwujud.
Menurut
Rahayu ada dua jenis bakat, yaitu diantaranya[9]:
- Bakat umum yaitu merupakan kemampuan yang berupa potensi dasar yang bersifat umum, artinya setiap orang memiliki.
- Bakat khusus yaitu merupakan kemampuan yang berupa potensi khusus, artinya tidak semua orang memiliki misalnya bakat seni, memimpin, berceramah, olahraga.
B. Pendapat
para ahli tentang bakat
1. Frank
S. Freeman mengatakan bahwa :”an aptitude is a combination characteristics
indicative an individual’s capacity to acquire (with training) some specific
knowledge, skill, or set of organized respones, such as the ability to speak a
language, to become a musician, to do mechanical work”.[10]
(bakat adalah kemampuan
kombinasi karakteristik indikatif
individu untuk memperoleh (dengan pelatihan) pengetahuan
khusus, keterampilan, atau set respones terorganisir,
seperti kemampuan untuk berbicara
bahasa, untuk menjadi seorang musisi, untuk melakukan kerja mekanik)
2. Menurut pandangan Bigham, bakat adalah: ....”a condition or set characteristics regarded as
symptomatic of an individual ability to acquired, with training some (usually
specified) knowledge, skill or set of responses”[11]... (kondisi atau
sifat-sifat yang dianggap sebagai tanda kemampuan individu untuk menerima
latihan, atau seperangkat respon seperti kemampuan berbahasa, musik, dan
sebagainya).
3. Branca juga mendefinisikan bakat sebagai :”..an aptitude is an ability that is regarded as an
indication of how well individual can learn with training and practice, some
particular skill or knowledge”.[12] (bakat
adalah kemampuan yang dianggap sebagai indikasi seberapa baik individu dapat belajar dengan pelatihan
dan praktek, beberapa keterampilan
tertentu atau pengetahuan )
4. R. S. Chauhan mendefinisikan bakat yaitu “an aptitude is an combination of acquire some
characteristics indivicative of an individual’s capacity to acquire some
specific knowledge, skill, or set of organized
respones, such as the ability
to become an artist or to be a mechanic..aptitude means an individual’s
aptitude fir a given type of activity,
the capacity to acquire proficiency under appropriate condition’s, that is his
potentialities at present as revealed by his performance on selected tests have
predicted value”.[13] (bakat adalah kombinasi memperoleh
beberapa karakteristik menunjukkan
kemampuan individu untuk memperoleh pengetahuan khusus, keterampilan, atau
serangkaian respon yang
terorganisir, seperti kemampuan untuk
menjadi seorang seniman atau menjadi
mechanic..aptitude berarti bakat individu untuk
nilai yang diberikan jenis kegiatan,
kapasitas untuk memperoleh kemahiran dalam kondisi yang tepat itu, yang
potensinya saat ini seperti diungkapkan oleh penampilannya pada tes yang dipilih telah
diprediksi).
5. Menurut W. B
Michael sebagaimana dikutib oleh Agung Hartono dan Sunarto mendefinisikan bakat
sebagai suatu kapasitas atau potensi yang belum dipengaruhi
oleh pengalaman atau belajar, bakat berkenaan dengan kemungkinan menguasai
sesuatu pola tingkah laku dalam aspek kehidupan tertentu.[14]
6. Guillford memberikan definisi sedikit berbeda
sebagaimana dikutib oleh Nana Syaodih Sukmadinata. Menurutnya bakat banyak
sekali, sebanyak perbuatan atau aktivitas individu. Ada tiga komponen dari
bakat menurut Guillford, yaitu komponen: Intelektual, perseptual dan
psikomotor. Komponen intelektual terdiri atas beberapa aspek, yaitu
aspek pengenalan, ingatan, dan evaluasi. Komponen perseptual juga
meliputi beberapa aspek, yaitu pemusatan perhatian, ketajaman indra, orientasi
ruang dan waktu, keluasan dan dan kecepatan mempersepsi. Komponen psikomotor
terdiri atas aspek-aspek rangsangan, kekuatan dan kecepatan gerak, ketepatan,
koordinasi gerak dan kelenturan. [15]
7.
Crow & Crow mengatakan bahwa :
“Talent is a quality that appears on human behavior in the field divulging
certain skills such
as music, art fabricate, proficiency in mathematics, expertise in the field of machine, or
other skills”[16]. (Bakat adalah
suatu kualitas yang Nampak pada tingkah laku manusia pada suatu lapangan
keahlian tertentu seperti music, seni mengarang, kecakapan dalam matematika,
keahlian dalam bidang mesin, atau keahlian-keahlian lainnya).
8.
Woodworth dan Marquis memberikan
definisi demikian: “aptitude is predictable achievement and can be measured
by specially devised test”.[17] (bakat adalah prestasi diprediksi
dan dapat diukur dengan tes yang dirancang khusus).
C. Bagaimana
ciri-ciri anak yang memiliki bakat
Banyak ahli
telah menyusun daftar ciri-ciri anak berbakat yang bervariasi baik dalam jumlah
maupun isi. Ini tidak berarti anak berbakat memiliki semua ciri-ciri tersebut, sebab
setiap individu itu unik dan tidak ada dua kepribadian yang persis sama. Walaupun
demikian, ada beberapa kecenderungan atau ciri-ciri umum yang sama pada mereka.
Vernon
berpendapat meskipun perkembangan fisik dan motorik tidak jelas merupakan tanda
dari keunggulan mental, anak-anak yang berbakat sekurang-kurangnya normal dalam
perkembangan fisik dan motorik.[18]
Parker
menjelaskan sebagaimana yang dikutib oleh Alex Sobur mengatakan bahwa,
anak-anak berbakat sejak kecil lebih aktif dan menaruh perhatian terhadap
lingkungan. Walaupun pengecualian-pengecualian selalu ada. Misalnya beberapa
anak berbakat, lambat dalam perkembangan motorik.[19]
Renzulli dan
kawan-kawan berdasarkan hasil penelitiannya berpendapat bahwa yang menentukan
bakat seseorang pada pokoknya merujuk pada tiga kelompok ciri-ciri yaitu[20]:
1.
Kemampuannya diatas rata-rata.
2.
Memiliki kreativitas.
3.
Bertanggung jawab terhadap tugas.
Ellen Winner
seorang pakar dibidang kreativitas dan anak berbakat, ada 3 kriteria menjadi
ciri anak berbakat:[21]
- Dewasa lebih dini (precocity). Anak berbakat adalah anak yang dewasa sebelum waktunya apabila diberi kesempatan untuk menggunakan bakat dan talenta mereka. Mereka cenderung mudah menguasai suatu hal sesuai dengan bakatnya.
- Belajar menuruti kemauan mereka sendiri. Anak berbakat belajar secara berbeda dengan orang lain yang tak berbakat. Tidak membutuhkan banyak dukungan atau scaffolding dari orang dewasa.
- Semangat untuk menguasai. Anak yang berbakat tertarik untuk memahami bidang yang menjadi bakat mereka. Memperlihatkan minat yang besar dan obsesif, kemampuan kuat dan fokus. Motivasi internal yang kuat.
R. A. Martison
dalam bukunya The Identification Of The Gifted And Talented,
merinci ciri-ciri anak berbakat sebagai
berikut [22]:
1. membaca pada
usia yang relatif lebih muda.
2.
Membaca lebih cepat dan lebih
banyak.
3.
Memiliki pembendaharaan kata yang
luas.
4.
Bisa memberikan banyak gagasan.
5.
Berfikir kritis, juga terhadap diri
sendiri.
6.
Senang mencoba hal-hal baru.
7.
Tidak cepat puas dengan prestasinya.
8.
Berperilaku terarah pada tujuan.
9. Terbuka
terhadap rangsangan dari luar.
10. Dll.
S.C. Munandar juga menyebutkan tentang ciri anak berbakat diantaranya
adalah sebagai berikut :[23]
1. Dimensi
ciri-ciri intelektual
a. Mudah
menangkap pelajaran
b.
Ingatan baik.
c.
Penalaran tajam( berfikir
logis-kritis, memahami hubungan sebab akibat)
d.
Daya konsentrasi baik (perhatian
tidak mudah teralihkan).
e.
Menguasai banyak bahan tentang
macam-macam topik.
f.
Pengamatan cermat.
2. Dimensi
ciri-ciri kreativitas
a. Dorongan
ingin tahu besar.
b. Sering
mengajukan pertanyaan yang baik.
c.
Memberikan banyak gagasan dan usul
terhadap suatu masalah.
d.
Mempunyai pendapat sendiri dan dapat
mengungkapkannya serta tidak mudah terpengaruh orang lain.
e.
Rasa humor tinggi.
f.
Senang mencoba hal baru.
- Dimensi ciri-ciri motivasi
a.
Tekun terhadap tugas (dapat bekerja
terus menerus dalam waktu yang lama, tidak terhenti sebelum selesai).
b.
Ulet menghadapi kesulitan.
c.
Tidak memerlukan dorongan dari luar
untuk berprestasi.
d.
Menunjukkan minat terhadap
macam-macam masalah.
e.
Senang mencari dan memecahkan suatu
permasalahan.
D. Faktor-Faktor
Yang Mempengaruhi Bakat Seseorang Berdasarkan
Teori
Para ahli sepakat bahwa berkembang tidaknya
suatu bakat ditentukan oleh beberapa faktor diantaranya adalah sebagai berikut[24]
:
1.
Pengaruh
Pembawaan (Teori Nativisme)
Pembawaan
adalah seluruh potensi atau
kemungkinan yang terkandung dalam sel
benih yang akan berkembang mencapai perwujudannya. Manusia sejak lahir telah
mempunyai kesanggupan untuk dapat berjalan, mempunyai potensi untuk
berkata-kata dan lain-lain. Kesanggupan untuk dapat berjalan atau bercakap yang dimiliki individu akan
berkembang seiring dengan kematangan yang terjadi pada individu tersebut. [25]
Teori
nativisme dipelopori oleh Schopenhover, yang mengatakan bahwa bahwa
berkembangnya manusia sangat tergantung dari pembawaan bukan dipengaruhi oleh
orang lain, lingkungan, budaya atau pendidikan.
Manusia yang memiliki pembawaan pandai akan menjadi manusia yang
pintar sedangkan manusia yang memiliki pembawaan bodoh maka akan menjadi bodoh.
Menurut teori ini lingkungan tidak memiliki pengaruh apa-apa terhadap
perkembangan yang dialami manusia. Apa yang diucapkan dan apa yang dipikirkan
merupakan potensi yang dibawa sejak lahir. [26]
Dalam mengembangkan potensi sejak lahir ini
yang diperlukan adalah latihan dan minat anak tersebut terhadap suatu
pelajaran. Jika anak tersebut memiliki bakat dalam bidang matematika, dia harus
latihan mengerjakan soal-soal, kursus matematika, menghafal rumus dan
sebagainya.
2.
Pengaruh
Lingkungan (Teori
Empirisme)
Teori
ini dipelopori oleh John Locke yang mengatakan bahwa bayi ketika lahir itu
ibarat kain putih yang belum ternoda dan baik buruknya perkembangannya itu
sangat tergantung dari lingkungan dan kebudayaan yang ditempatinya. Menurut
teori ini pembawaan tidak memiliki pengaruh apa-apa dalam perkembangan anak,
jadi baik buruknya anak tergantung pada
baik buruknya pendidikan yang diterima anak tersebut baik disekolah,
dirumah, dll. Keluarga merupakan media
pertama anak dalam memperoleh pengetahuan dan pembelajaran.[27]
Oleh
karena itu orang tua harus mengajarkan yang baik kepada agar anak mempunyai
dasar perilaku yang baik sehingga mempunyai bekal dalam berinteraksi dengan
lingkungan yang ditempatinya, seperti lingkungan sekolah dan lingkungan
masyarakat.
Menurut
teori ini anak harus dapat beradaptasi dengan lingkungannya agar dapat saling
berinteraksi satu sama lain. Dengan interaksi akan membuat anak dapat
memperoleh banyak informasi baik dari
teman, tetangga atau yang lainnya. Faktor lingkungan sangat berpengaruh terutama
dalam membentuk watak dan karakter anak dalam bertingkah laku. Seperti anak
yang sekolah di sekolah favorit, dia akan selalu giat belajar agar tidak
tertinggal dengan teman sekelasnya atau bahkan ingin menjadi yang terbaik di
kelasnya. Sebaliknya jika anak tersebut sekolah disekolah yang anak-anaknya
nakal atau pemalas akan membuat dia terpengaruh sifat malas karena sering
bergaul dengan anak yang malas tersebut,
Sehingga semangat belajar mereka pun turun. Oleh karena itu anak harus
pandai-pandai memilih pengaruh positif yang terbaik bagi diri sendiri dan orang
lain serta meninggalkan sifat negatif agar dapat mengeluarkan semua potensi
yang ia miliki.
3.
Teori Konvergensi
Teori ini dipelopori oleh William Stern yang merupakan
perpaduan antara teori nativisme dengan teori empirisme. Teori ini menyatakan
bahwa pertumbuhan dan perkembangan manusia tergantung dari dua faktor yakni pembawaan atau bakat dan lingkungan atau
sekolahan. Toeri ini mengakui bahwa manusia sejak lahir sudah mempunyai bakat
atau potensi dasar yang dapat dikembangkan namun proses perkembangannya
tersebut sangat bergantung dari lingkungan yang ditempatinya, seperti
lingkungan keluarga, sekolah dan masyarakat.[28]
Jadi
untuk mengembangkan potensi manusia menurut teori ini adalah menggabungan
antara pembawaan dan interaksi anak dalam lingkungan. Sehingga anak yang terlahir cerdas akan
bertambah cerdas jika bergaul dengan lingkungannya, sebaliknya jika tidak
bergaul dengan lingkungan kecerdasan tersebut akan tetap atau tidak berkembang.
Misalnya seorang anak yang lahir dengan
membawa potensi pandai, kepandaiannya itu akan bartambah jika ia mau
berinteraksi dengan temannya baik disekolah maupun di masyarakat. Sebaliknya
jika anak tersebut tidak bergaul atau tidak berinteraksi dengan teman atau
warga masyarakat disekitarnya maka kepandaiannya itu akan tetap atau tidak
bertambah.
E. Peran
Bakat Dalam Proses Pembelajaran
Dalam sebuah
jurnal disebutkan bahwa anak yang berbakat cenderung berprestasi tinggi dibandingkan anak-anak
lainnya dalam proses pembelajaran. Sebuah sintesis penelitian tentang Gifted
Learning Styles menunjukkan bahwa pelajar yang berbakat
secara signifikan lebih cenderung lebih suka belajar mandiri, bila dibandingkan
dengan peserta didik biasa. Belajar mandiri pada pembelajaran berbakat berdampak
pada pertumbuhan kemandirian, kemampuan untuk mengidentifikasi topik dengan
jelas, meningkatkan berpikir kritis dan kreatifitas berpikir.[29]
Dengan bakat yang dimiliki anak akan lebih mudah memahami apa yang disampaikan
guru dan dapat merespon dengan baik terhadap pertanyaan atau permasalahan yang
dihadapinya.
Berdasarkan penelitian diatas dapat disimpulkan bahwa bakat memberi
pengaruh terhadap keaktifan anak dalam menanggapi suatu persoalan. Anak yang
berbakat cenderung lebih mudah memahami dibanding anak lain yang biasa-biasa saja. Anak yang memiliki bakat dalam bidang
musik, akan lebih mudah mempelajari musik dan anak yang berbakat dalam bidang
matematika akan lebih cepat memahami dibanding anak lainnya.
BAB
III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Bakat adalah suatu kecakapan khusus yang dimiliki oleh
individu, sebagai potensi yang masih perlu di kembangkan dan
dilatih agar dapat terwujud. Bakat
dibagi dua yaitu Bakat umum yaitu merupakan kemampuan yang berupa
potensi dasar yang bersifat umum, artinya setiap orang memiliki dan Bakat
khusus yaitu merupakan kemampuan yang berupa potensi khusus, artinya tidak
semua orang memiliki misalnya bakat seni, memimpin, berceramah, olahraga.
Parker menjelaskan bahwa, anak-anak berbakat
sejak kecil lebih aktif dan menaruh perhatian terhadap lingkungan. Walaupun
pengecualian-pengecualian selalu ada. Misalnya beberapa anak berbakat, lambat
dalam perkembangan motorik. Renzulli dan
kawan-kawan berdasarkan hasil penelitiannya berpendapat bahwa yang menentukan
bakat seseorang pada pokoknya merujuk pada tiga kelompok ciri-ciri yaitu:
mempunyai Kemampuannya diatas rata-rata, Memiliki kreativitas dan Bertanggung
jawab terhadap tugas.
Dalam perkembangannya bakat dipengaruhi oleh beberapa
faktor antara lain: pertama, pengaruh
Pembawaan. Kedua, pengaruh Lingkungan.
Ketiga, Pengaruh pembawaan dan lingkunga atau konvergensi.
Dalam sebuah jurnal disebutkan
bahwa anak yang berbakat cenderung
berprestasi tinggi dibandingkan anak-anak lainnya dalam proses
pembelajaran. Dengan bakat yang dimiliki anak akan lebih mudah
memahami apa yang disampaikan guru dan dapat merespon dengan baik terhadap
pertanyaan atau permasalahan yang dihadapinya.
DAFTAR PUSTAKA
Branca, Albert A. Psychology The Scienceof
Behavior. New York: Allyn And Bacon Inc. 1965.
Chauhan, R. S. Advanced Educational Psychological. New Delhi: Vikas Publishing House Pvt. Ltd. 1979.
Crow, Lester D. And Alice Crow. Educational Psychology. New York:
American Book Company. 1958.
Efendi, E. Usman Dan Juhaya S.
Praja. Pengantar Psikologi. Bandung: Margacinta. 2012.
F, S.
Freman. Theory And Practice Of Psychological Testing, Third Edition. New
Delhi: Oxford And Lbh
Publising Co. 1976.
Fudyartanta.
Tes Bakat
Dan Perskalaan Kecerdasan.
Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2004.
Hartono, B. Agung dan Sunarto. Perkembangan Peserta
Didik. Jakarta: Rineka Cipta. 2006.
Journal. Karen B. Rogers. Lessons
Learned About Educating the Gifted and Talented: A Synthesis of the Research on
Educational Practice. 2007.
Martinson, R.
A. The Identification Of The Gifted And Talented. Calivornia:
Venture. 1974.
Munandar, S.C. Utami. Mengembangkan Bakat dan
Kreativitas anak sekolah. Jakarta: Gramedia.
1985.
Mudzakir, Ahmad
dan Joko Sutrisno. Psikologi
Pendidikan. Bandung : CV. Pustaka
Setia. 1997.
Padil, Moh dan Triyo Suprayitno. Sosiologi
Pendidikan. Malang : Uin-Maliki Press. 2010.
P, E. Vernon, et al. The Psychology And Education
Of Gifted Childern. London: Methuen And CO. 1997.
Purwanto, M. Ngalim. Psikologi
Pendidikan. Bandung : PT Remaja Rosdakarya. 2007.
Santrock, J. W.
Psikologi Pendidikan. Jakarta: Prenada Media Group. 2011.
Semiawan, Conny. et al, Memupuk
Bakat Dan Kreativitas Siswa Sekolah Menengah: Petunjuk Bagi Guru Dan Orang Tua.
Jakarta: PT. Gramedia. 1984.
Sobur, Alex. Psikologi Pendidikan. Bandung: Pustaka
Setia. 2003.
Sukmadinata, Nana Syaodih. Landasan
Psikologi Proses Pendidikan. Bandung: Remaja Rosdakarya. 2005.
Suryabrata, Sumadi. Psikologi Pendidikan. Cet.
6. Jakarta : Raja Grafindo Persada. 1993.
Syah, Muhibbin.
Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan
Baru. Bandung: PT Remaja Rosdakarya. 2010.
Wijaya, Juhana. Psikologi Bimbingan. Cet.1.
Bandung: PT. Eresco. 1988.
Woodworth, R. S. And Marquis. Psychology.
New York: Henry Haltz And Co. 1957.
[4] M. Ngalim Purwanto, Psikologi Pendidikan,
(Bandung : PT Remaja Rosdakarya, 2007),
25.
[5] S.C. Utami Munandar, Mengembangkan Bakat dan
Kreativitas anak sekolah, (Jakarta: Gramedia,
1985), 85.
[6] Ibid.,83.
[7] Alex Sobur, Psikologi Pendidikan,
(Bandung: Pustaka Setia, 2003), 180.
[9] Muhibbin Syah, Psikologi
Pendidikan dengan Pendekatan Baru, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2010), 67.
[10] Freman. F.S, Theory
And Practice Of Psychological Testing, Third Edition, (New Delhi: Oxford
And Lbh
Publising Co, 1976), 431.
[11]
Bingham W Van D. Aptitude and Aptitude Testing, (New York: Harper,
1937). 87.
[12]Albert A. Branca, Psychology
The Scienceof Behavior, (New York: Allyn And Bacon Inc, 1965), 98.
[13] R. S. Chauhan,
Advanced Educational Psychological, ( New Delhi: Vikas Publishing House
Pvt. Ltd, 1979), 308-309.
[14]B. Agung
Hartono dan Sunarto. Perkembangan Peserta Didik.. (Jakarta: Rineka
Cipta. 2006), 78.
[15] Nana Syaodih
Sukmadinata, Landasan Psikologi Proses Pendidikan (Bandung: Remaja
Rosdakarya, 2005) , 101.
[16] Lester D. Crow And Alice
Crow, Educational Psychology, ( New York: American Book Company, 1958),
151.
[17] R. S. Woodworth And
Marquis, Psychology, ( New York: Henry Haltz And Co, 1957), 58.
[18] Vernon, P.E., et al., The
Psychology And Education Of Gifted Childern,( London: Methuen And CO.,1997).
76.
[19] Alex Sobur, 185.
[20] Conny Semiawan, et al, Memupuk
Bakat Dan Kreativitas Siswa Sekolah Menengah, Petunjuk Bagi Guru Dan Orang Tua,
( Jakarta: PT. Gramedia, 1984), 87.
[22] R. A. Martinson, The Identification Of The Gifted And
Talented,( Calivornia:
Venture, 1974), 45.
[25] Ahmad Mudzakir dan Joko Sutrisno, Psikologi Pendidikan, (
Bandung : CV. Pustaka Setia, 1997), 93.
[26] Moh. Padil, 74.
[27] Ibid.,75.
[28] Ibid.,77.
[29] Karen B. Rogers, Lessons
Learned About Educating the Gifted and Talented: A Synthesis of the Research on
Educational Practice, 2007. 35.
0 komentar:
Posting Komentar